Where (and how) to Eat Like Jak-Sel Kids?

Sebuah observasi tentang gimana sih kalau anak Jakarta Selatan (Jak-Sel) sejati pergi ke tempat makan?

Sebuah tulisan yang mengandung unsur jenaka. Membacanya jangan dibawa serius ya

ig feed.jpg

Ada yang bilang anak Jakarta Selatan (Jak-sel) dianggap kiblatnya generasi muda Jakarta. Well, sebetulnya tidak salah juga. Soalnya sejak tahun 1970-an, Jakarta Selatan sudah jadi pusat gaya hidup anak muda di Jakarta. Coba tanya ke orang tua kalian yang asli Jakarta atau beranjak remaja di Jakarta tentang tempat nongkrong anak kece masa itu. Pasti mayoritas dari mereka akan merujuk ke wilayah Kebayoran Baru seperti Senayan, Melawai dan Blok M.

Jelas saja, dari data Dinas Kependudukan DKI Jakarta saja pada tahun 1980 jumlah penduduk Jakarta Selatan menjadi yang terbesar di kota Jakarta, yaitu 1,5 juta jiwa. Belum lagi dengan banyaknya sekolah negeri dan internasional serta angka anak mudanya, tidak heran Jakarta Selatan sampai sekarang masih dianggap sebagai lifestyle center-nya Ibukota.

Nah, tapi apa sih yang bikin anak Jak-Sel itu dianggap beda sama yang bukan dari Jak-Sel? Apa karena gaya mereka yang from head-to-toe seperti keluar dari dalam majalah Monocle? Cara bicaranya yang literally Inggris-Indonesia? Atau memang karena tempat makannya pun juga beda?

Kalau menurut Feastin’ – dari segi tempat makan yang mereka pilih – Jakselian (anak Jaksel) itu bisa dibagi jadi dua: The Classic Jakselian sama The “NKOTB” (New Kids on The Block).

Sekumpulan anak-anak muda di wilayah Melawai, Jakarta Selatan. Sekitar tahun 1980-an | Reddit Indonesia

Sekumpulan anak-anak muda di wilayah Melawai, Jakarta Selatan. Sekitar tahun 1980-an | Reddit Indonesia

The Classic Jakselian

Kecil di Jak-Sel, besar di Jak-Sel, dan umumnya berusia di atas 25 tahun. Si anak-anak Jak-Sel klasik ini bisa dibilang easy going, kenal dengan banyak anak-anak Jaksel lainnya karena sering ketemu di Pensi (Pentas Seni) atau Sport Cup sekolah, punya tempat tongkrongan yang sama, dan supel luar biasa. Mereka ini anak Jaksel yang nyantai, mau naik mobil, Vespa-an, naik sepeda, naik angkot, tidak pandang bulu dan bisa nyambung walau beda latar sosialnya. Kalau kami lihat, ini dia mayoritas tempat makan yang didatangi oleh teman-teman yang satu ini.

Makan Siang di bu Vesti

Tidak lengkap kalau Classic Jakselian ini makan siang nggak di Warung Makan Bu Vesti yang dulu adanya di Jalan Barito di depan Sekolah Tarakanita dan Yayasan Sayap Ibu. Di sini makanannya no fuss, straightforward, dan mengenyangkan. Kalau kalian penyuka ayam goreng, lele goreng, sambal, lalapan, di sini tempatnya banyak anak Jaksel buat makan siang.

Makan Malam Sate Sambas

Kalau lagi ingin makan sate ayam, Jakarta Selatan sebetulnya punya banyak pilihan. Dari sate ayam RSPP (Rumah Sakit Pusat Pertamina), sate Apjay (Apotik jaya), sampai Sate Sambas. Nah, Sate Sambas ini selalu jadi pilihan mayoritas karena bisa parkir di tempat yang lebih luas, area makannya juga banyak, dan agak masuk ke dalam tidak dekat jalan raya. Untuk menunya sih sama saja dengan penjaja sate Madura pada umumnya. Namun memang kurang lengkap rasanya kalau tidak makan di sini dulu sehabis pulang kerja atau sekedar mengisi perut sebelum lanjut nongkrong di bar atau club sama teman-teman.

Pondok Indah all the way: Nongkrong di De’Hooi, Jalan ke PIM

Classic Jakselian mana yang tidak tahu De’Hooi yang ada di Pondok Indah? Walau sebetulnya punya target audience orang dewasa, De’Hooi justru banyak jadi tempat anak Jak-Sel buat minum-minum santai. Kalau De’Hooi pas buat malam, kalau siang – terutama weekend dengan keluarga – pastinya Pondok Indah Mall (PIM). Terang saja, di wilayah Pondok Indah sendiri saja ada lebih dari lima sekolah menengah atas besar seperti Bakti Mulya 400 dan Tirta Marta. Belum lagi Jakarta Intercultural School (JIS) yang merupakan sekolah internasional terbesar di Indonesia. Tidak heran kalau aktivitas generasi muda di wilayah ini dinamis dari masa ke masa. Kalau di PIM, biasanya kalau tidak Area 51 ya pastinya Restaurant Row di PIM 2. Bahkan, sejak tahun 1990-an, food court yang ada di mall ini sudah jadi destinasi anak muda Jak-Sel masa itu, namanya Dermaga.

Mayestik with Mom

Kalau kalian adalah anak Jak-Sel klasik, tidak mungkin kalian tidak pernah menemani oma, nenek, ataupun ibu kalau weekend ke Pasar Mayestik. Pasar segala ada ini memang sudah berdiri sejak tahun 1960-an dan sejak itu sudah jadi salah satu pusat belanja di wilayah Kebayoran Baru. Di sini kamu pasti dibuat kenyang mulai dari segala jenis jajanan mulai dari sate, siomay, bakwan rebus, segala jenis minuman es, hingga kebab, nasi padang Rumah Makan Sepakat, restoran Mandala Baru, sampai masakan Jawa di Kedai Selera.

The NKOTB (New Kids on The Block)

Atau istilahnya anak-anak Jak-Sel yang baru muncul. Umumnya Jakselian yang satu ini usianya di bawah 25 tahun. Mereka ini campuran dari banyak anak Jak-Sel yang sekolahnya di sekolah Indonesia dan juga standar internasional seperti Mentari International, British International, High Scope, dan juga Jakarta Intercultural School – no wonder kalau mereka bicara is like bahasa Inggris dan Indonesia bercampur dengan mantap layaknya semangkuk makanan fusion. Nah, yang paling kelihatan kalau mereka sudah berkumpul. From head-to-toe you just know kalau mereka adalah Jakselian generasi baru. Ini dia tempat mereka biasa berkumpul.

Creative Compound on the weekend

Anak Jak-Sel yang satu ini pasti setidaknya akan pergi ke sebuah creative compound di Jakarta Selatan. Ada dua yang jadi andalan, salah satunya di kawasan Kemang Timur bernama Como Park. Mulai dari coffee shop, taco restaurant, pizza parlour ada di sini. Belum lagi mereka yang punya peliharaan bisa membawa anjing kesayangan mereka untuk main di taman belakang Como Park yang jadi jantung aktivitas tempat ini. Lalu ada juga Pelaspas yang sekarang sudah pindah dari Darmawangsa ke Jalan Nipah. Di sini, anak-anak Jak-Sel bisa nongkrong sambil makan pizza, neo-noodle, dan juga sandwich bar. Kalau kalian mau lihat peleburan anak Jak-Sel era sekarang, dua spot inilah tempatnya.

Ice Cream only Cold Moo

Anak Jak-Sel yang satu ini punya satu brand yang melekat dengan mereka kalau sudah bicara soal es krim: Cold Moo. Awalnya berlokasi di Pelaspas Darmawangsa dan sekarang berada di ruko Darmawangsa Square, Cold Moo identik dengan churned ice cream mereka yang dipadu dengan segala macam sereal impor yang biasa cuma kita lihat di adegan sarapan film Hollywood. Kalau kalian para senior Jakselian ke sini, entah kalian akan merasa ikutan muda atau justru out of place banget.

Senopati

Sebetulnya entah itu Classic Jakselian dan the NKOTB pasti juga familiar. Namun khusus buat anak Jak-Sel baru, Senopati itu ibarat area Kemang Raya dulu bagi Classic Jakselian: tempat menghabiskan weekend lavish kalau malam. Dari beberapa bar, Zodiac sangat melekat image-nya dengan anak Jaksel generasi baru ini. Karena Zodiac sendiri adalah bagian dari sebuah ekosistem grup F&B yang mungkin mayoritas target marketnya adalah mereka, seperti Pizza Dealer, Demie Bakmie dan juga Slits.

Namun tentu saja tempat-tempat di atas tidak sepenuhnya mewakili generasi muda yang ada di Jakarta Selatan. Masih banyak area lain seperti Cipete Raya hingga wilayah Bintaro yang sekarang sudah seperti area komunitas sendiri yang punya keunikan masing-masing. Mau itu Classic Jakselian atau juga The NKOTB, Jakarta Selatan tidak akan jadi seperti sekarang kalau bukan karena mereka. Kami yakin, di kota-kota lain di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, Kalimantan, Papua, pasti ada fenomena kultur anak mudanya yang menarik dan erat hubungannya dengan kegiatan makan dan minum. Nah, kalau di kota kalian adakah cerita unik seperti anak Jak-Sel di Jakarta?

Feastin' Crew

Tim penulis yang selalu lapar, entah itu akan informasi baru atau masakan lezat di penjuru kota.

Previous
Previous

Lezatnya Distrik Kuliner Tionghoa Jakarta

Next
Next

5 Things We Hope for In 2021