Jalan Panjang Jessica

Bagaimana keuletan, disiplin, serta ketulusan dalam melayani membawa Jessica Eveline menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di industri lifestyle dining Jakarta.

Jessica Eveline. Kaum Jakarta | Foto: Natasha Lucas/Feastin’

Jessica Eveline. Kaum Jakarta | Foto: Natasha Lucas/Feastin’

Hari Sabtu setelah Tahun Baru suasana Jakarta masih sepi. Suara angin pun masih dominan, mengalahkan suara mobil yang biasanya riuh. “Mohon maaf ya tadi saya telat. Duduk di sofa yuk biar nyaman ngobrolnya.” Ajak Jessica Eveline, wanita berwajah ceria namun penuh wibawa ini ke dalam ruang makan restoran Kaum Jakarta yang layaknya galeri kontemporer alih-alih restoran. Kami duduk di sofa biru di ujung ruangan, tepat di depan dinding utama ruang makan yang berpola tenun Dayak. Kami masuk duluan, sementara Jessica berhenti di tengah jalan untuk berbincang dengan staf.

“Gimana Tahun Baru semuanya?” dengan gaya santainya menanyakan kepada tim Feastin’. Jessica Eveline memang punya pembawaan yang enak untuk diajak bicara oleh siapa pun. Auranya positif, familiar, dan punya ketertarikan tinggi dengan cerita setiap orang. Namun siapa sangka, wanita muda yang bisa kalian temukan bila sedang menikmati seporsi burger di restoran Three Buns di Senopati atau menyisip cocktail di bar Kaum Jakarta ini adalah salah satu sosok penting di restaurant scene Jakarta. Tentu Jessica akan menyanggah statement ini dengan kerendahan hatinya yang langka untuk sosok selevel dirinya di industri ini.

Jessica Eveline sekarang adalah general manager untuk Potato Head Family area Jakarta. Potato Head Family sendiri merupakan salah satu grup hospitality yang disegani di Indonesia dengan portofolio yang membentang dari bisnis restoran, beach club, hingga hotel dan tersebar di Indonesia, Singapura hingga Hong Kong. Dengan kata lain, Jessica Eveline adalah orang nomor satu dari segi operasional Potato Head Family di Ibukota. Hal ini merupakan pencapaian yang luar biasa di industri yang didominasi oleh pria.

Untuk mencapai posisi seperti sekarang, perjalanan Jessica tidaklah mudah. Usianya sekarang sudah di 30-an tahun, sementara Ia memulai karirnya di grup ini lebih dari satu dekade yang lalu. “Saya mulai semuanya dari nol, benar-benar from below. Dari dapur.” Terangnya sambil menyeringai penuh semangat.

Semua Diawali oleh Kenangan

Kecintaan Jessica soal makanan sudah ada dalam dirinya sejak kecil. “Memori keluarga sepertinya yang membangun minta saya soal makanan. Terutama oma. Oma itu masih sangat ‘Belanda’. Budayanya sangat kuat, apalagi soal makan bersama di meja.” Kesukaan dirinya akan dunia masak memasak membawanya untuk bekerja sebagai staf di outlet pertama Potato Head yang berdiri di Pacific Place. “Waktu itu saya masih kerjaannya cuma motong-motongin kentang, bersihin sayuran, betul-betul kerjaan basic semua.” Potato Head pertama di Indonesia hadir di masa era lifestyle dining mulai merambah Ibukota.

Restoran ini pada awalnya masih mengusung menu bistro klasik dan dikepalai oleh chef Antoine Audran yang bekerja sama dengan Sandra Budiman, istri dari Ronald Akili pendiri Potato Head. Dengan latar chef Audran sebagai salah satu chef ternama di Ibukota kala itu (Ia mantan executive chef Hotel Borobudur dan pendiri restoran Perancis Java Bleu) hadirlah menu-menu seperti roast chicken, aneka roulade, sampai dessert-dessert yang jadi favorit seperti sticky date pudding dan pavlova.

Setelah Jessica mengenyam pendidikan formal di Le Cordon Blue di Pasadena Amerika Serikat, Ia kembali ke Jakarta dan masuk dalam tim restoran Potato Head yang kedua di Jakarta, yaitu Potato Head Garage yang penuh keanggunan. “Jujur waktu kembali ke Jakarta, saya merasa culture shock dari segi etos kerja di dapur, walau pun hanya dua tahun di Los Angeles. Ketika itu saya adalah salah satu dari hanya empat staf dapur perempuan di restoran yang punya kitchen staff sampai 30 orang.”

Jessica tidak memungkiri kalau determinasi dirinya yang tinggi dan kemampuannya yang cepat untuk beradaptasi dan belajar hal-hal barulah yang perlahan membawanya dipercaya untuk melakukan lebih dari yang Ia sebelumnya bayangkan.

Tanggung Jawab yang Lebih Besar

“Semua itu terjadi di tahun 2014 saat Potato Head mau buka restoran burger baru di Jakarta.” Sambil Ia mengambil bakul nasi dan menyajikan ke piring kami satu per satu. Aroma nasi itu pulen, manis, seperti susu dan melati yang menyatu. Lalu Ia menyobek daging ikan bakar di piring depan kami pelan namun cekatan, memisahkan daging dan tulangnya menggunakan sendok dan garpu seakan itu adalah sole à la meunière di L’Ecailler du Bistrot di Paris. “Waktu itu chef Hikaru Take sebagai executive chef bilang kalau saya mau ‘dipinjam’ sebentar untuk proyek restoran burger baru ini oleh chef Adam Penny.”

Restoran burger baru itu akhirnya berdiri di 2014 dengan nama Three Buns, dan Jessica bergabung di dalamnya sebagai head chef. Sebelum hadirnya Three Buns, burger di Jakarta dibagi dalam dua dimensi: dimensi fast food dan dimensi restoran kelas atas. Belum ada tempat di mana burger jadi detak jantung dan focus utama dan dioleh secara gourmet. “Tentu semua orang bertanya-tanya, di Senopati yang mulai ramai restoran dan bar high-end, tiba-tiba ada restoran burger.” Terang Jessica. Cumi bakar yang kami santap terasa manis, gurih, dan creamy dari minyak kelapa yang digunakan, disusul oleh aroma asap tipis hasil bakaran. “Ini, ada bebek goreng sama lawar jantung pisang,” piring digeser agar muat, “Sama sambal mangganya jangan lupa.” Diletakkan di sampingnya.

Setelah Three Buns beroperasi, terjadi beberapa kali pergantian manajer operasional. Sang pemilik, Ronald Akili, akhirnya mencoba pendekatan lain. Alih-alih merekrut dari luat, bagaimana bila orang dalam yang mengambil posisi tersebut. Orang dalam itu tidak lain adalah Jessica. “Saya sebetulnya memang sangat tertarik buat belajar di luar dapur. Mulai dari bagaimana restoran beroperasi, mengatur service, dan lainnya.” Pada 2015, akhirnya Jessica Eveline resmi keluar dari dapur dan mendapat tanggung jawab tersebut.

Tidak perlu menunggu waktu lama hingga akhirnya karirnya meningkat. Pada tahun 2017 Jessica juga diminta untuk membantu dari segi operasional restoran Attarine, dan pada tahun ini pula restoran Kaum membuka outlet Jakarta. Hingga akhirnya di 2019, Jessica Eveline resmi menjadi general manager untuk seluruh properti Potato Head Family di Jakarta. Bukan cuma segi operasional saja, marketing hingga new menu development juga kerap Ia punya andil. Dengan cepat, nama Jessica Eveline dikenal oleh media di Jakarta sebagai the-go-to untuk segala hal yang berhubungan dengan Potato Head Family.

Perjalanan Jessica tidaklah mudah. Ia bahkan mengingat bagaimana kerap mendapatkan perlakukan berbeda hanya karena Ia perempuan dan juga keturunan Tionghoa. “Hal ini kerap terjadi. Walaupun mereka – para pria – menyampaikannya dengan cara ‘bercanda’ tapi itu cukup menyinggung saya.” Kondisi yang dialami Jessica memang bukan hal baru di industri kuliner. Di ranah global, industri yang didominasi oleh pria ini memang baru-baru saja menggaungkan pentingnya persamaan perlakukan untuk gender, apalagi setelah tereksposenya beberapa skandal besar yang berhubungan dengan perlakuan terhadap perempuan di restoran-restoran ternama dunia.

Namun bagi Jessica,yang Ia lakukan sekarang menjadi pembuktian yang tak terbantahkan bahwa perempuan seperti dirinya sangat bisa untuk maju dalam industri ini. Dan posisinya sekarang seakan menjadi tamparan bagi mereka yang dulu pernah menganggap sebelah mata dirinya.

Menjadi Seorang Pemimpin

Dipercaya menjadi tangan utama untuk Jakarta bagi Potato Head Family bukanlah tanggung jawab yang sembarangan. Puluhan tenaga manusia berada di bawah otoritasnya. “Tidak mudah sama sekali. Apalagi tiap orang punya cara pikir dan cara kerja yang pada dasarnya beda-beda.” Respon Jessica ketika kami tanyakan bagaimana sulitnya menjadi pemimpin. Jessica juga tidak menampik kalau ada satu hal yang bisa membuatnya marah besar. “Saya paling marah kalau sudah diberitahu, apalagi dikasih lihat, tapi kesalahan masih dilakukan juga.” Jessica pun mencontohkan. “Kami di sini setiap akan ada event atau acara khusus pasti sudah melakukan rehearsal bahkan sampai ke penataan meja. Dan itu akan selalu kami foto untuk memastikan tidak ada satu staf pun yang lupa atau tidak tahu. Ketika saya periksa dan masih berantakan juga, di situlah saya marah besar.” Jelasnya.

Tapi di luar itu semua, ada satu hal yang membuat Jessica selama lebih dari satu dekade tetap memilih untuk berada di bawah payung Potato Head Family: kultur kekeluargaan. “Suasana kekeluargaan dan kultur inilah yang saya senang. Sejak awal, Pak Ron (Ronald Akili) selalu menekankan kalau segala bisnis yang dijalankan dengan cara kekeluargaan, saling percaya, saling tanggung jawab, saling memperhatikan satu dengan yang lain, pasti akan langgeng.” Tutupnya sembari kami sama-sama menggagumi kelezatan urap jantung pisang yang aromatik serta bebek goreng dengan daging lembut layaknya beludru.

Feastin' Crew

Tim penulis yang selalu lapar, entah itu akan informasi baru atau masakan lezat di penjuru kota.

Previous
Previous

Stefany Tasma: Sang Penerus Legenda Tauco Berusia 140 Tahun

Next
Next

Parti Gastronomi Membawa Pangan Lokal Jadi Relevan untuk Anak Muda