The Dharmawangsa Hotel dan Preservasi Kuliner Indonesia

Chef Emmanuel Julio berbagi mengenai filosofi kulinernya yang selaras dengan visi dan misi The Dharmawangsa Hotel

Jakarta Restaurant, saksi berbagai event bertemakan kuliner | Foto oleh: The Dharmawangsa Hotel


Hampir tiga dekade lalu, sebuah bangunan megah di wilayah Kebayoran Baru diresmikan  bertepatan dengan penyelenggaraan sidang ke-103 organisasi pengekspor minyak (OPEC) di Jakarta. The Dharmawangsa Jakarta menjadi rumah bagi para delegasi OPEC pada masanya dan sampai saat ini, desainnya yang mengedepankan ragam ornamen khas Indonesia tak lekang oleh waktu. Desain tersebut merupakan buah dari banyak tangan, mulai dari kriteria desain serat konsep datang dari Cheong Yew Kuan, arsitek asal negeri jiran; Don Sandy sosok dibalik firma Sandy Babcock yang menelurkan master plan, kemudian dihidupkan oleh arsitek Jasin Tedjakusuma yang populer dengan gaya bangunan kolonial dan disempurnakan dengan sentuhan alm. Jaya Ibrahim untuk interiornya.  Visinya pun tajam, tak hanya sekadar menjadi hotel kelas dunia yang sarat akan kemewahan, namun dengan nilai, tradisi, dan budaya Indonesia yang tercermin dari seluruh aspek yang dimiliki termasuk dalam bidang kuliner. 

Kuliner menjadi jiwa yang tak dapat terpisahkan dari The Dharmawangsa Hotel untuk mewujudkan visinya. Inisiatif di bidang kuliner digawangi oleh Chef Emmanuel Julio, Executive Chef The Dharmawangsa Hotel. Tak hanya pada menu, ia pun terjun langsung dalam mewujudkan beragam event kuliner bertemakan Indonesia. Hal ini sejalan dengan filosofi kulinernya yang menghendaki pengalaman bersantap yang tak terlupakan dan menjahitnya dengan kisah dibalik hidangan yang tak kalah memikat. 

Executive Chef The Dharmawangsa Hotel: Emmanuel Julio | Foto oleh: The Dharmawangsa Hotel

Kejayaan Indonesia Diangkat di Berbagai Inisiatif 

Berbagai aktivasi dalam ranah kuliner baik berbentuk event ataupu lainnya di The Dharmawangsa Hotel hampir dipastikan selalu mengangkat kejayaan kuliner Indonesia dari berbagai provinsi. Seluruh konsep dikemas secara apik agar tetap relevan dengan audiens masa kini. “Awal mula konsep tersebut (kuliner) hadir dari visi dan misi The Dharmawangsa Hotel sendiri, mengangkat authenticity Indonesia yang dikemas secara luxury” buka pria yang akrab dipanggil Chef Julio ini.   

Di luar menyajikan signature menu yang selalu hadir seperti rendang, soto ayam, dan rawon, Jakarta Restaurant menjadi tempat beberapa event seperti “Relief to Table” yang mengangkat kuliner dengan bahan baku yang berada di sekitar Candi Borobudur, “Gastronomy Treasures of Sriwijaya” yang mengambil inspirasi dari kerajaan Sriwijaya, hingga yang teranyar seperti “Semarak Jakarta” dengan hidangan yang mewarnai Jakarta dari dekade ke dekade serta “Treasures of Sigi” yang merupakan program kerja sama dengan Lingkar Temu Kabupaten Lestari.

Borobudur Relief to Table | Foto oleh: The Dharmawangsa Hotel

Seluruh event kuliner melalui proses yang panjang, mulai dari sinergi dengan kolaborator, pendalaman sejarah daerah yang hendak diangkat. Tidak sekadar bahan baku, bahkan hingga barang atau ornamen pendukung agar pengalaman bersantap yang dibawa dapat dialami secara maksimal oleh para tamu.

Chef Julio pun menekankan akan pentingnya menyematkan jiwa ke dalam makanan dan bagaimana agar pengalaman bersantap dapat memaksimalkan seluruh panca indera.

“Banyak yang hanya melihat sebuah hidangan cantik, rasanya enak, namun sayangnya kehilangan jiwa. Inilah pentingnya untuk menceritakan apa di balik sebuah hidangan. Siapa yang dulu makan? Bagaimana asal muasalnya?”

Perubahan Perilaku Konsumen dari Masa ke Masa

Hal menarik yang ditangkap oleh Chef Julio salah satunya bagaimana perubahan perilaku konsumen dahulu dengan sekarang. Menurutnya, konsumen dahulu memiliki spending power yang lebih besar dan mencari hidangan yang benar-benar autentik Indonesia, berbeda dengan konsumen sekarang. Ia menilai spending power konsumen saat ini tidak sebesar dahulu, namun sekalinya mereka mau spend, mereka mencari pengalaman bersantap yang berbeda, tak hanya sekadar makan. Chef Julio juga menilai bagaimana generasi sekarang banyak yang lebih mengapresiasi kuliner Indonesia, hal ini menurutnya disebabkan karena generasi millenials dan Z khususnya yang bosan dengan bombardir hidangan barat sejak mereka lahir. “Mereka pun mencari alternatif lain, makanan Indonesia dengan pengemasan yang lebih modern seperti fenomena yang terjadi di Blok M membuat mereka lebih tertarik untuk eksplor,” tambahnya.

Fine dining pun yang sempat menjadi pilihan bersantap termahsyur terlebih saat oil boom, saat ini sepi peminat. “Saat ini, tamu lebih cenderung untuk memilih family style, makan tengah. Kami pernah mengadakan fine dining pada salah satu event kuliner kami, namun yang kami perhatikan, bagaimana orang yang terintimidasi dengan harus dress up dan settingnya yang lebih formal,” jelas Chef Julio. The Dharmawangsa Hotel pun untuk event kuliner di sepanjang 2024 lebih memfokuskan pada konsep makan tengah, seperti di “Treasures of Sigi” misalnya. 

Tantangan Demi Tantangan Memperkenalkan Kuliner Indonesia 

Memperkenalkan kuliner Indonesia tentunya memerlukan komitmen teguh di tengah banyaknya restoran yang berlomba-lomba dengan berbagai jenis teknik memasak dan mengeksplor kuliner selain Indonesia. Faktanya, banyak chef asal luar negeri yang mempelajari kuliner Indonesia secara mendalam. Bagi Chef Julio, menemukan bahan baku lokal yang unik dan mengangkatnya dalam suatu hidangan merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Tak hanya itu, Chef Julio juga menekankan pentingnya untuk menampilkan hidangan lokal khususnya yang belum terlalu dikenal oleh masyarakat baik di Indonesia maupun luar negeri, agar mereka dapat melihat bentuk dan mencicipi rasa aslinya. “Di Treasures of Sigi misalnya, kami benar-benar menampilkan hidangan asal Sigi sebagaimana bentuk dan rasa aslinya. Banyak sekali yang tidak dapat menjawab saat itu, saat ditanyakan apa hidangan asli asal Sulawesi Tengah, bahkan tak sampai 10% yang dapat menjawab” 

Khansa Franca, Digital Marketing Manager dari The Dharmawangsa Hotel memaparkan pentingnya strategi digital dalam amplifikasi visi dan misi hotel dalam memperkenalkan kuliner Indonesia. “Hal yang sangat penting adalah bagaimana menerjemahkan melalui konten kami upaya kami mengenalkan kultur Indonesia agar tidak sekadar ditangkap oleh audiens bahwa ini konten dari hotel semata”

Ke depannya, The Dharmawangsa Hotel akan melanjutkan visi dan misinya dengan mengangkat daerah lain di Indonesia selain kembali mengangkat salah satu program unggulannya, “Super Brunch”. “Yang paling dekat akan kita angkat adalah kuliner Batak,” tutup Chef Julio.

Sharima Umaya

Sharima Umaya adalah Head of Business & Content Partnerships dari Feastin’. Senang menulis makanan dari kacamata berbeda, iced latte di pagi hari merupakan kewajiban & hidangan Jepang merupakan favoritnya.

Previous
Previous

Mad Grass Kembali Hadir dengan Konsep ‘The Backyard’

Next
Next

Dalam Tiga Bab, Joongla Menyapa Kaum Urban Jakarta