Lima Dekade Sarirasa: Gemah Ripah dan Titik Balik Merambah Eropa

Setelah 50 tahun, Sarirasa Group siap membawa Sate Khas Senayan memasuki babak baru dengan menarget pasar benua biru.

Sandiaga Uno - William Wongso Pendandatangan MOU Sarirasa Group Eropa Belanda

Penandatanganan MOU Ekspansi Sarirasa International Europe | Foto oleh: Sarirasa Group

Familiar dengan brand seperti Sate Khas Senayan, Tesate, maupun Gopek? Sarirasa merupakan grup di balik ketiganya. Perjalanan Sarirasa dimulai dari warung sate kecil pada tahun 1974 yang diberi nama “Sate House Senayan”. Inovasi sate menggunakan ayam broiler yang dihidangkan dengan bumbu khas Ponorogo menjadikannya berbeda dengan sate-sate lainnya yang kebanyakan mengambil aliran Madura. Pendirinya adalah Budi Purnomo Hadisurjo yang juga sosok di balik Optik Melewai, bersama sang istri. 

Setelah lima dekade berlalu dan puluhan menu khas Jawa, Bali, hingga peranakan disuguhkan dalam portofolionya, Sarirasa memantapkan langkah untuk menancapkan tiang di tanah Eropa. Belanda diumumkan akan menjadi ‘pintu pertama’ grup ini untuk memperkenalkan cita rasa asli Indonesia lewat sajian kulinernya. Pengumuman ini disampaikan pada momen perayaan 50 tahun grup Sarirasa. Sosok William Wongso yang memiliki pengalaman dan dedikasi memperkenalkan kuliner Indonesia ke dunia internasional menjadi salah satu inspirasi kuat bagi Sarirasa untuk mendobrak zona nyaman. Sosok pengusaha Stephan M. Tanaja didapuk untuk memimpin ekspansinya melalui Sarirasa International.

Sebelum sampai di Belanda dengan ekspansi yang dipimpin oleh sosok Felix Ang yang menjadi Direktur Sarirasa International Europe, pembukaan cabang-cabang Sate Khas Senayan di Pulau Dewata, Bali telah menjadi langkah kecil yang diambil Sarirasa untuk menguji produknya ke target konsumen mancanegara. Keunikan Bali juga akan dijadikan sebagai daya tarik utama dalam ekspansi internasional Sarirasa. 

Inisiatif Baru Belum Berhenti

Semangat untuk memperkenalkan kuliner Indonesia lebih luas diekstensi oleh grup Sarirasa ke berbagai lini inisiatif baru. Sarirasa Tanahmula misalnya yang berfokus pada ekspansi bisnis dengan bertanggung jawab sosial serta pengembangan komunitas untuk menciptakan dampak positif berkelanjutan. Hal ini diturunkan dalam program pengelolaan sampah atau waste management yang baik dari proses produksi Sarirasa.

Ada juga Sarirasa Origin yang didirikan sejak tahun 2019 untuk mempromosikan, melestarikan, dan mendokumentasikan budaya Indonesia lebih luas. Tidak sekadar kuliner, Sarirasa Origin menjadi wadah yang lebih luas bagi pelestarian budaya agar cerita di balik kebudayaan Indonesia bisa lebih banyak didengar, tidak hanya sekadar dari sajian kuliner saja. Makanan sendiri memiliki cerita yang unik dan membawa unsur budaya yang kental.

Perayaan 50 Tahun

Merayakan 50 tahun perjalanannya, Sarirasa menggelar beberapa rangkaian kegiatan sepanjang Juli-Agustus 2024. Rangkaian dibuka dengan Pagelaran Semesta Rasa pada 21 Juli 2024 di mana kolaborasi bersama grup Swaragembira terjadi. Lewat pagelaran megah dan kolosal yang digelar di Taman Air Mancur Plaza Senayan, rangkaian cerita perkembangan budaya, kritik politik, dan potret sosial-budaya masyarakat disuguhkan dengan apik.

Rangkaian kemudian dilanjutkan dengan pameran bertajuk “Gemah Ripah” yang berlangsung di Atrium Utama Senayan City pada 9-11 Agustus 2024 lalu. Pameran ini tidak hanya menampilkan instalasi produk budaya seperti koleksi kain nusantara, keramik, lukisan, hingga wayang jawa-tionghoa, namun juga beragam talkshow terkait preservasi budaya khususnya dari segi kuliner lewat inisiatif-inisiatif yang dilakukan Sarirasa. 

"Perayaan ulang tahun ke-50 kami bukan hanya perayaan pencapaian masa lalu, tetapi juga bukti komitmen kami yang tak tergoyahkan untuk melestarikan, mengangkat, dan mempromosikan budaya serta kuliner Indonesia. Melalui pameran Gemah Ripah dan berbagai inisiatif kami, kami bertujuan untuk menghormati warisan kami, merangkul modernitas, dan menginspirasi generasi mendatang. Kami sangat bersemangat untuk berbagi perjalanan ini dengan semua orang dan melanjutkan warisan keunggulan kami," kata Benny Hadisurjo, CEO Sarirasa Group.

Keamanan Pangan, Diplomasi Gastronomi, dan Keberlanjutan di Industri Perhotelan

Pameran Gemah Ripah juga berfokus pada keamanan pangan dan inovasi kuliner, yang menampilkan kontribusi Sarirasa Group dan para mitranya dalam memastikan kualitas produk. Yoga Setyadharma dari Tofu Deli berbagi pengalaman tentang penerapan protokol ketat dan standar kebersihan dalam produksi tahu, yang sejalan dengan komitmen Sarirasa Group untuk menyediakan makanan yang aman dan berkualitas tinggi. Rita Andriana dari tim Research & Development Sarirasa mengungkap rahasia bagaimana Sarirasa menggunakan pengawet makanan yang aman untuk memperpanjang umur simpan tanpa mengorbankan kesehatan konsumen. Aries Adenata, pemasok kerupuk gendar untuk Sarirasa, menyoroti pentingnya penggunaan bahan alami dan praktik manufaktur yang higienis, memastikan setiap produk yang sampai ke tangan konsumen memenuhi standar tinggi Sarirasa.

Sarirasa Group juga menunjukkan komitmennya terhadap praktik berkelanjutan melalui berbagai inisiatif yang mendukung kelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial. Dalam sesi diskusi tentang keberlanjutan di industri perhotelan, Prof. Dr. I Gede Pitana dan Vinda Damayanti Ansjar, S.Si., M.Sc., Direktur Pengurangan Sampah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, memberikan wawasan penting mengenai strategi praktis untuk mengintegrasikan praktik berkelanjutan dalam operasi sehari-hari bisnis perhotelan. Charles, Direktur Sarirasa Tanahmula, menambahkan bahwa Tanahmula memandang keberlanjutan bukan hanya dari sudut pandang ekonomi, tetapi juga sebagai tanggung jawab etis dan sosial, menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan komunitas sekitar.

Pada kesempatan yang sama, Pameran Gemah Ripah juga menjadi wadah untuk Sarirasa Group meluncurkan buku komik wayang edisi terbatas "Riwayat Pandawa & Dewa Ruci: The Ending Saga Between Good & Evil" yang dipandu oleh Andy Wijaya. Acara ini tidak hanya mempromosikan kuliner, tetapi juga melestarikan budaya tradisional melalui media modern. Didukung oleh tokoh budaya seperti Seno Gumira Ajidarma, Iwan Gunawan, dan Dzulfikar Isham, peluncuran ini menekankan pentingnya menjaga cerita tradisional agar tetap hidup. Melalui inisiatif ini, Sarirasa Group menunjukkan komitmennya dalam melestarikan warisan budaya Indonesia dan menginspirasi generasi muda untuk menghargainya.

R. Calvin Budianto

R. Calvin Budianto merupakan Head of Community di Feastin’. Memesan menu yang terdengar paling kompleks dan paling simpel adalah hobinya.

Previous
Previous

Pendewasaan Dailah di Jakarta

Next
Next

Mad Grass Kembali Hadir dengan Konsep ‘The Backyard’