Menyesapi Rajutan Momen Hidup di Musim Terbaru ESA Restaurant

Musim terbaru ESA Restaurant, berkolaborasi dengan Studio Metta Setiandi hadirkan hidangan berbalut shared moments dalam kehidupan.

Tak butuh lama membuat saya jatuh hati kepada bangunan yang berdiri sejak awal tahun 2024 di SCBD Park. Tempat ini berbeda, pikir saya. Melihat foto demi foto bahkan sebelum menginjakkan kaki ke bangunan ini membuat saya bersemangat, bukan sekadar karena eloknya interior bangunan ini didesain, namun juga, mungkin, karena saya memang sudah sering mendengarkan cerita Kevindra Soemantri, salah satu Co-Founder dari restoran ini tentang proses pembuatan restorannya. Ya, bangunan itu adalah ESA Restaurant. Minatnya yang tinggi terhadap dunia restoran tergambarkan melalui cerita-cerita yang ia bagikan di setiap pertemuan kami. Pengalamannya bersantap di berbagai restoran ternama dan pelajaran yang ia dapatkan dari buku-buku yang ia baca… Dari pengalamannya duduk di di meja makan sebagai pengunjung, sungguh menarik pikir saya  bagaimana ia memutuskan untuk mendirikan restoran, menyatukan dengan mimpi dan visi miliknya, apa yang menurutnya ideal sebagai pengunjung restoran dan partners restoran ini yang lain, Chef Aditya Muskita dan Jessica Eveline dimana keduanya sudah lama berkecimpung di dunia restoran. 

Chef Aditya Muskita, Kevindra Soemantri, Metta Setiandi, dan Jessica Eveline (Kiri ke kanan) | Foto: ESA

Ini kali kedua saya mengunjungi ESA setelah di Februari, saat ESA belum lama membuka pintu. Tak kenal maka tak sayang, untuk ESA, nampaknya kalimat yang lebih tepat adalah ‘Semakin kenal, maka semakin sayang’. Musim terbaru ESA, ‘Moments’ merajut momen-momen yang dialami oleh ketiga Co-Founder ESA Restaurant dan dikawinkan dengan apik melalui artwork yang dikurasi oleh seniman Metta Setiandi. “Artwork yang ditampilkan di ESA menggambarkan perjalanan masing-masing ketiga founder ESA” Raphaela Natasha, Marketing Communications Manager ESA yang mengikuti sesi dinner membuka pembicaraan. 

Hal yang cukup baru, setidaknya untuk saya adalah nampaknya, restoran di Jakarta mulai menyadari bagaimana restoran memiliki fungsi lain. Dalam hal ini, yakni untuk memperkenalkan karya seni. Seni tak harus mengintimidasi, dengan cara yang tepat, masyarakat dapat mengenal karya seni dengan pendekatan yang lebih ‘membumi’. Mudita Nanda, perwakilan dari Studio Metta Setiandi pun berbagi momen dimana tim ESA berkunjung ke MET Glodok dan menggali memori setiap founder ESA hingga masing-masing memiliki artwork yang merepresentasikan kisah hidup mereka. Masing-masing dari artwork yang kini ditampilkan di ESA sangat personal dengan cerita yang penuh dengan ragam emosi. Beberapa kali, meja kami terenyuh dan tersenyum mendengarkan cerita demi cerita. Uniknya, di sisi kiri meja kami, terdapat salah satu artwork yang masih kosong karena akan dikerjakan bersama-sama oleh seluruh anggota ESA Restaurant.

Salah satu artwork karya Metta Setiandi, ‘Gift of Time’ yang melambangkan semangat Jessica Eveline di hospitality industry | Foto: ESA

Menu yang dihadirkan juga masing-masing melambangkan shared moments. Bukan sekadar memori milik para founders ESA, akan tetapi, shared moments yang dapat dihubungkan dengan memori para pengunjung. Berulang kali, meja kami termenung dan menceritakan memori kami setelah menyantap beberapa course menu di musim ‘Moments’. Ada yang teringat dengan jajanan di masa kecil saat menyantap hidangan awal, seperti ‘Corn & Cocoa’, dan ‘Doughnut’, ada yang teringat dengan kenangannya diajak oleh ibunya ke pasar saat menyantap ‘Rujak Ikan’, ada yang teringat dengan kenangan jalan-jalan ke Puncak bersama keluarga saat menyantap ‘Lamb Ribs’. Musim terbaru ESA seolah membuat waktu berhenti di setiap course, seolah memasuki mesin waktu.

‘Besan’ yang telah tampil di musim sebelumnya kembali dengan tampilan baru; sesuatu yang saya rasa, akan menjadi hidangan ikonik ESA, kali ini tak tampil di mangkuk dalam bentuk sup, namun, cita rasa sayur besan Betawi hadir dalam bentuk foam yang dikombinasikan dengan scallop. 

Seiring dengan usianya yang semakin matang, genap satu tahun di bulan Januari, ESA Restaurant melalui menu musim terbarunya semakin menunjukkan kelasnya, melalui cita rasa Indonesia yang familiar dengan teknik memasak Chef Aditya Muskita yang telah meniti karier di berbagai institusi kuliner seperti Potato Head dan Restaurant Relæ di Copenhagen beberapa diantaranya. Memperkenalkan cita rasa nusantara, ternyata juga dapat diperkenalkan dengan hidangan kontemporer yang dengan mudah dapat diterima oleh ekspat, tetapi juga menjadi petualangan rasa yang menyenangkan bagi pengunjung lokal, terlebih dengan memori-memori yang terajut di piring demi piring. 

Kami pun keluar dari bangunan ESA, merasa lebih mengenal ESA, layaknya mengunjungi rumah kawan.  

Sharima Umaya

Sharima Umaya adalah Head of Business & Content Partnerships dari Feastin’. Senang menulis makanan dari kacamata berbeda, iced latte di pagi hari merupakan kewajiban & hidangan Jepang merupakan favoritnya.

Previous
Previous

Seporsi Mie Kari Simpel yang Menyimpan Sejuta Cerita

Next
Next

Mediterranean Diet dan Tradisi Italia Hadir di Pekan Kuliner Italia 2024