Ria Pizza Jakarta: Dari Gaya Fast Food Sampai ala New York
Dari Neapolitan, New York-style, Hawaiian, fusion, cerita dari masa ke masa tentang nikmatnya kegilaan pizza Jakarta.
Pizza. Di Jakarta, keberadaannya erat dengan acara keluarga, anak-anak, atau buah tangan saat berkunjung ke rumah kerabat. Membawa satu atau dua loyang pizza tidak pernah salah. Tapi siapa sangka kalau dalam dua tahun terakhir makanan yang satu ini justru jadi seksi lagi. Pizza di Jakarta bukan lagi hanya identik dengan momen bersama keluarga tapi juga sebagai simbol dari generasi baru Jakarta yang melek visual, dengan kata lain, anak-anak Gen-Z dan millennial akhir dengan gayanya yang khas.
The Beginning
Sebetulnya kaitan yang erat antara booming pizza dan anak muda bukanlah yang pertama kali terjadi di Jakarta. Mundur ke 40 tahun yang lalu, generasi muda juga lah yang berkenalan dengan euphoria pizza pertama. Pizza hadir di Ibukota seiring dengan meningkatnya ekonomi serta berdirinya hotel-hotel bintang lima yang menjamur di mana-mana. Meningkatnya angka ekspatriat di periode tahun 1970-an juga punya andil dalam mempercepat kehadiran pizza di Jakarta, terutama pada tahun 1976 saat hotel Jakarta Hilton International berdiri. Hotel Jakarta Hilton International – yang sekarang jadi Hotel Sultan Jakarta – menghadirkan salah satu outlet restoran mereka bertemakan pizza dan bernama Pizzeria yang beken di 1980-an. Di Pizzeria inilah biasanya keluarga kelas menengah dan atas Jakarta menghabiskan waktu weekend dengan ragam aktivitas, seperti menggambar, bernyanyi, dan tentu sembari melahap pizza.
Pizza jadi makin banyak penggemarnya saat masuk dekade 1980, terutama di tahun 1984 saat outlet Pizza Hut pertama di Indonesia buka di gedung Djakarta Theatre. Pizza Hut meledak. Hal ini dikarenakan konsepnya yang sangat kasual, serta yang terutama mengena adalah gayanya yang sangat Amerika. Yes, Jakarta selama periode pertengahan dekade 1970 hingga dekade 1980 sangat Amerisentrisme. Mulai dari fashion, music, film, gaya hidup, Jakarta dibombardir dengan kultur pop Barat, termasuk fast food gaya Amerika yang banyak hadir di dekade yang sama seperti American Hamburger, Kentucky Fried Chicken, dan juga Texas Fried Chicken. Maka dari itu munculnya Pizza Hut justri makin melengkapi selera Barat di Ibukota dengan pizza gaya Amerikanya.
Ketika Jakarta masuk dekade 1990, shopping mall modern merajai Ibukota. Di shopping mall inilah semakin banyak restoran bertemakan Italia dan juga pizza, sehingga eksposur orang Jakarta dengan pizza semakin menjadi-jadi, contohnya restoran Pizza Boat di Pondok Indah Mall yang juga ada di kawasan Taman Ria Senayan, serta California Pizza Kitchen di Plaza Indonesia. Belum lagi dengan munculnya konsep food court, pizza juga tidak mau tinggal. Brand seperti Papa Ron’s hadir di beberapa tempat. Tapi hingga saat itu, mayoritas pizza yang disukai Jakarta adalah American-style pizza yang cenderung punya adonan lebih tebal. Sampai akhirnya pada tahun 2002, Izzi Pizza berdiri di Plaza Pondok Indah I dan mencoba memperkenalkan pizza gaya Italia klasik yang lebih tipis dan cenderung asam ke crowd Jakarta yang sudah terlanjur cinta dengan pizza gaya Amerika Serikat.
Izzi Pizza beruntung, karena rupanya mulai banyak yang menerima karakter pizza Italia. Karena walaupun sebelum Izzi Pizza mayoritas restoran pizza menjual American-style, tidak dengan hotel-hotel bintang lima atau restoran Italia kelas atas. Sebut saja Ambiente di Aryaduta, Bruschetta di Hotel Borobudur, sampai Zigolini di Mandarin Oriental, atau juga Alessandro Nannini di Plaza Senayan serta Toscana di Kemang. Mereka tetap percaya dengan karakter pizza Italia walau pun target konsumen terbanyak sebetulnya adalah warga lokal, bukan ekspatriat.
Gelombang Baru Pizzeria di Jakarta
Hingga ketika tahun 2017, di pojok gedung Como Park yang terletak kawasan Kemang Timur yang lebih sepi, terlihat antrean anak-anak muda penuh gaya yang hadir dengan perut yang lapar. Tujuan mereka adalah sebuah pintu kecil dengan tempelan stiker yang cuma bisa kamu temukan bila berada di Kota New York, dengan neon berwarna merah bertuliskan Pizza Place. Ada yang berbeda dari tempat pizza yang satu ini dibanding dengan restoran pizza lain yang pernah berdiri. Pizza Place tidak mempunyai tempat duduk dengan gaya keluarga sebagaimana restoran pizza kebanyakan. Mereka justru mengakomodir gaya anak muda yang cenderung lebih santai alih-alih berpikir soal kenyamanan. Warna yang pop, sticker bertumpuk, serta ruangan yang cukup padat layaknya tata kota di lima borough New York. Tapi di tengah itu semua, etalase kaca yang dengan telanjang menampilkan piringan-piringan pizza dengan diameter lebih dari 30 cm, berkilau saus tomat, irisan pepperoni atau salami, keju yang luber, dan tentu aroma yang membius – merekalah bintangnya.
Dalam waktu singkat, Pizza Place menarik foodies Jakarta dari berbagai penjuru. Mereka yang dari Jakarta Utara, Jakarta Barat, Pusat dan Jakarta Timur menempuh puluhan kilometer hanya untuk mendapat satu atau dua iris pizza khas New York kreasi Pizza Place. Tidak lama, konsep pizzeria serupa muncul dengan nama Sliced Pizza di Terogong. Mereka menggunakan adonan pizza yang similar dengan New York-style pizza namun lebih berkreasi kepada topping-nya. Sliced Pizza dan Pizza Place diikuti dengan kedatangan Pizzza Dealer di Pelaspas Darmawangsa di akhir tahun 2019. Yang menariknya, sama seperti 40 tahun yang lalu di mana pizza sangat dekat dengan kawula muda, fenomena serupa terulang di masa sekarang dengan Pizza Place, Sliced Pizza dan Pizzza Dealer. Bisa dibilang 90% dari konsumen ketiganya adalah generasi muda Jakarta yang melek gaya hidup urban. Konsep yang cepat, sederhana, serta makanan yang lezat semakin dibuat keren dengan meleburnya elemen desain di dalamnya, sehingga makan pizza di tiga tempat ini otomatis seperti memberikan sebuah status sosial tersendiri bagi konsumen muda: Memakannya - apalagi kalau diposting di media sosial - merasa jadi bagian dari anak gaul Jakarta.
Jalan panjang yang dilalui oleh Sang Pizza di Jakarta tidaklah sebentar. Sekarang, bahkan pizza sudah hadir dalam berbagai bentuk dan dengan cepat menemukan konsumen setianya. Dari American pizza, masuk ke pizza Italia, pizza fusion, hingga New York-style, tidak ada ragu untuk mencoba kehadirannya. Namun di luar itu semua, ada satu hal yang kami rasa mengapa pizza dapat dengan mudah diterima di Indonesia. Konsepnya yang erat sebagai makanan yang dinikmati bersama-sama karena penyajiannya yang mudah, ini yang menurut kami telah mengakar di konsumen, sebuah filosofi yang amat dekat dengan nilai-nilai kekeluargaan Indonesia. Kami jadi penasaran, apa lagi bentuk pizza berikutnya yang bakal hadir di Indonesia untuk kita santap?