Jejak Rasa Makassar di Kramat Raya

Melahap sepiring konro bakar dan semangkuk coto yang ditemani dengan potongan buras gurih. Jalan Kramat Raya memang seakan tak pernah kekurangan makanan-makanan lezat.

Konro Bakar dengan saus kacang.| Foto oleh Feastin’

Konro Bakar dengan saus kacang.| Foto oleh Feastin’

Kawasan Senen, Kwitang dan Kramat di Jakarta Pusat bisa saya bilang sebagai hub makanan yang jarang diperhatikan oleh warga Jakarta. Hanya mereka yang entah besar di wilayah itu – atau yang betul-betul petualang makanan – yang bisa melihat potensinya. Perhatian saya terhadap area ini sebelumnya hanya sebatas ruang lingkup wilayah Atrium saja, tempat yang sesekali didatangi oleh ibu saya dulu. Namun, cara pandang saya melihat area ini sekarang berubah semenjak masuk ke dunia kuliner.

Salah satu yang menjadikan wilayah Senen-Kramat-Kwitang menarik adalah banyaknya makanan-makanan di sini. Mulai dari kumpulan kedai-kedai nasi kapau khas Bukittinggi dengan lamang tapainya yang dijejer di sisi jalan; Toko es krim Baltic dan toko kue Maison Weiner yang berdiri sejak era Belanda; hingga yang sekarang saya kunjungi, warung Coto Makassar yang nyempil di gang kecil sebelum toko mobil Tata.

Coto Makassar Senen Syamsul Daeng Awing namanya, warung makan yang ketika masuk menyambut di atas meja bungkusan-bungkusan ketupat dan tentunya buras yang luarnya berkilauan. Di sini mereka hanya menjual coto saja, walau pun kita juga bisa memesan hidangan lain seperti konro bakar yang dibuat orang warung sebelahnya. Ada pula kue seperti jalangkote buat yang gemar camilan.

Buras dan ketupat menantikan tamu yang hadir. | Foto oleh Feastin’

Buras dan ketupat menantikan tamu yang hadir. | Foto oleh Feastin’

Coto di sini bisa dipesan dengan beragam paduan isian daging hingga jeroan sapi. Hati, jantung, usus bisa disajikan sama-sama. Atau yang mau daging saja juga bisa. Anda senang dengan paru sapi? Bisa juga dibuat dengan hati. Sebebas keinginan Anda sebagai konsumen. Buras di sini juga gurih sekali, sehingga mengkomplimen kuah coto yang pekat dan sedikit asam ketika sudah ditambah sambal kecut yang disediakan di meja. Konro bakar juga tidak boleh dilewatkan. Porsinya pas untuk satu orang, dengan dibakar di atas arang dan diolesi dengan kecap manis serta baluran bumbu kacang yang tergolong halus, creamy, menemani semangkuk coto yang cenderung hangat.

Setelah usai makan siang di Coto Makassar Syamsul Daeng Awing, saya beranjak ke sisi jalan Kramat Raya yang sudah dibikin rapih area pejalan kakinya. Sambil melirik kiri dan kanan, kemudian berpikir: Ingin menyantap apa lagi ya di daerah ini?

Semangkuk coto dengan isian jantung dan daging sapi. | Foto oleh Feastin’

Semangkuk coto dengan isian jantung dan daging sapi. | Foto oleh Feastin’

COTO MAKASSAR SYAMSUL DAENG AWING

Lokasi: Jl Kramat Raya No.2, Jakarta Pusat (Sebelum showroom Tata)


Artikel ini sebelumnya muncul di kolom SANTAP tanggal 11 Juni 2021, sebuah kolom kerja sama ulasan tempat makan antara Feastin’ dengan Kompas.com

Kevindra Soemantri

Kevindra P. Soemantri adalah editorial director dan restaurant editor dari Feastin’. Tiga hal yang tidak bisa ia tolak adalah french fries, chewy chocolate chip cookie dan juga chicken wing.

Previous
Previous

Akar Restaurant & Bar

Next
Next

Kakaw: The Dark Art of Chocolate Making