Bartisserie Hadir dengan Awal yang Baik

Emerson Manibo ada di balik Bartisserie, sebuah konsep patisserie-bakery dengan potensi sebagai salah satu yang terbaik di Jakarta dari segi kualitas.

Strawberry dan balsamic di atas pastry buckwheat. | Foto oleh Feastin’

Strawberry dan balsamic di atas pastry buckwheat. | Foto oleh Feastin’

Beberapa kali saya berkunjung ke Ashta 8 – mall baru dengan desain kontemporer – beberapa kali juga saya melewati Bartisserie yang tak kunjung buka. Namun setelah Ia buka, saya langsung melangkahkan kaki ke sana. Ada beberapa hal yang bikin saya penasaran dengan café satu ini. Pertama, orang di baliknya yaitu Emerson Manido. Emerson punya resume impian banyak pastry chef muda. Bekerja di balik bakery fenomenal Tartine di San Francisco, lalu pindah di bawah restoran berbintang 3 Michelin, Per Se di Manhattan. Ialah sosok di balik Starter Lab yang beberapa kali melakukan kolaborasi inovatif di Bali. Hal kedua yang bikin saya tertarik, tentu saja keberanian mereka membawa konsep patisserie-par-café yang sebetulnya sudah ada beberapa di dalam area Gourmet Triangle seperti Beau di Cikajang dan Bakerman yang berada satu lantai dengannya.

Bartisserie sepertinya serius dalam menu bakery dan pastry yang mereka punya. Ada satu makanan yang langsung menarik perhatian saya di etalase, yaitu strawberry dan balsamic yang diletakkan di atas pastry tipis yang renyah serta punya tekstur dan rasa sedikit lebih kompleks karena komponen cuka balsamic dan penggunaan buckwheat dalam tepungnya. Tak banyak yang paham di kota ini bahwa strawberry dan balsamic adalah pasangan serasi, sebagaimana madu dan keju, tomat dan basil, jamur dan thyme, dark chocolate dan jeruk, dan lain sebagainya. Tartness dari balsamic berada dalam spektrum yang tepat sehingga tak mengganggu asam floral khas strawberry.

Etalase pastry di Bartisserie. | Foto oleh Feastin’

Etalase pastry di Bartisserie. | Foto oleh Feastin’

Ada juga crème brulee mini yang dibuat dalam bentuk donat bomboloni. Bagian custard sangat royal dan pekat, sementara lapisan gula yang seperti kaca kristal menyelimuti donut jadi kontras yang cerdas antara creamy dari custard, membal dari adonan sourdough, serta renyah lapisan “kaca” gula. Lemon dan poppy seed pound cake juga merupakan kombinasi rasa klasik yang digunakan di Bartisserie. Ada juga sticky bun – yang lagi-lagi dibuat dari adonan sourdough – yang diglasur dengan caramel dan cincangan kacang kenari yang gurih.

Sambil mengunyah sunny side up pastry mereka yang dilandasi adonan cream cheese, saya berpikir apakah tamu di restoran ini sebetulnya paham bedanya pastry yang dibuat oleh Bartisserie dengan restoran lain? Apakah mereka duduk, pesan entah itu classic croissant atau chocolate ganache doughnuts, hanya sekedar ingin coba tempat yang baru buka ini atau mereka tahu kalau Emerson Manibo beserta tim telah berhasil menghadirkan lagi di Jakarta konsep pastisserie dan bakery yang sarat kualitas?

Kimcheese. |Foto oleh Feastin’

Kimcheese. |Foto oleh Feastin’

Tapi di antara semuanya, hidangan terakhir yang saya pesan justru adalah pamungkasnya. Kim Cheese, Jakarta harus ingat nama menu ini. K-i-m-c-h-e-e-s-e. Tiga sharp soft cheese dengan rasa asam yang khas, meleleh dan panas, bertemu dengan kimchee yang renyah dan pedas. Keduanya diapit oleh roti sourdough yang telah dipanggang hingga renyah dengan adonan yang intense. Kompleks, namun familiar; aneh tapi menyenangkan. Kalau lagu Bohemian Rhapsody dianalogikan dalam bentuk makanan, mungkin Kim Cheese adalah perwujudan ideal.  Apabila dua café lainnya di Ashta 8 – Café Kitsune dan Bakerman – datang dengan spektakuler, didukung oleh entourage para “influencers” yang berbondong-bondong, serta menu yang “viral”, Bartisserie hadir secara santai serta fokus kepada kualitas makanan dan pelayanan. Lagi pula bukankah datang ke tempat makan intinya untuk makan bukan untuk berfoto ria? Gone are the days of Instagramable restaurants.

Bartisserie dengan toko buku di sebelah kirinya. | Foto oleh Feastin’

Bartisserie dengan toko buku di sebelah kirinya. | Foto oleh Feastin’

BARTISSERIE

Ashta District 8, Lantai Ground, Kawasan SCBD, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Opening Hour:09.00 AM – 09.00 PM (09.00 – 21.00)

Recommendation: Kimcheese, aneka donut, aneka pastry lainnya. Mereka juga punya menu ala carte untuk makan berat.

Details: Friendly yet knowledgeable staff. Toko buku di ujung ruang makan, hasil kerjasama dengan Ak.sa.ra, adalah tambahan yang menarik. Untuk sekarang, reservation is really recommended.

Instagram: @bartisserie

Setiap kolom penulisan Eating Out telah mengikuti kode etik Feastin’.

Kevindra Soemantri

Kevindra P. Soemantri adalah editorial director dan restaurant editor dari Feastin’. Tiga hal yang tidak bisa ia tolak adalah french fries, chewy chocolate chip cookie dan juga chicken wing.

Previous
Previous

Coffeeberian: A Beer & Coffee House with Restaurant-Quality Meal

Next
Next

El Sid: Another Proof Sandwich Can Be Cool