Cracking Zuppa Soup

Bernama Italia, berlatar belakang Anglo-Franco, dan jadi menu acara kawinan di Indonesia, inilah cerita makanan hybrid bernama zuppa soup.

Siapa yang ingat malasnya diajak oleh orang tua untuk ikut ke pernikahan teman atau kerabat mereka? Suasana yang bising, orang yang tidak kita kenal, formalitas – sungguh sangat membosankan. Tapi apa daya, saat sudah sampai di gedung pernikahan, setidaknya makanan bisa jadi pelipu lara bukan? Ada satu makanan yang selalu dimakan dengan lahap oleh anak-anak hingga orang tua di sebuah pernikahan, entah itu di balai pernikahan, gedung kawinan, halaman rumah, hingga hotel – yaitu zuppa soup. Zuppa soup – selain kambing guling dan es puter – selalu mengundang antrean yang mengular. Mudah saja zuppa soup disukai: Ia ringan, tekstur creamy, punya penutup dari puff pastry yang renyah, namun yang paling penting tidak pedas, sehingga manula hingga anak-anak bisa menikmati. Wajar saja kalau zuppa soup dikategorikan sebagai hidangan aman, layaknya nasi goreng di sebuah restoran. Apa yang membuat sup ini sangat disukai di Indonesia? Atau pertanyaan yang lebih tepatnya, bagaimana sup gaya Barat  ini bisa menempatkan dirinya jadi menu wajib pernikahan di banyak tempat di Indonesia?

Dilihat dari namanya, kata zuppa sendiri memiliki asal dari Italia yang secara harafiah berarti sup. Di Italia, kata zuppa sendiri identik dengan sebuah sup dari wilayah Toskana yang bernama minestori di pane atau sup roti. Namun berbeda dengan Zuppa Soup yang kita kenal, sup dari Toskana itu memiliki isi aneka sayur seperti zukini, wortel, kentang, diberi tambahan daging sosis Italia, daun-daun seperti kale, serta dibuat dari kuah kaldu yang diberi krim. Teksturnya lebih ringan dan tidak pekat, dan diberikan tambahan cincangan roti sisa. Tapi bila kita bedah dari anatominya, Zuppa Soup tidak menggambarkan nuansa Italia. Malahan bila kita telaah lebih jelas, sup ini sangatlah berbau Anglo-French dari tiap sisi. Salah satu yang paling signifikan adalah puff pastry yang dipanggang di atasnya layaknya sebuah mahkota emas, dengan isian sup yang lebih tepat bila disebut ragout karena kekentalannya.

Dalam khazanah kuliner Perancis, penggunaan puff pastry dengan isian kental ragout sudah lama jalan beriringan. Seperti hidangan bernama vol au vent yang sudah ada sejak abad ke-18 di Perancis. Makanan ini disajikan dengan cara meyiapkan puff pastry yang dipanggang hingga mengembang dan diberi isian ragout ayam dan jamur yang kental. Umumnya, vol au vent disajikan sebagai camilan. Di Amerika Serikat, konsep sup kental – atau yang lebih dikenal sebagai chowder – juga merupakan pembawaan dari imigran Perancis dan Inggris yang datang sekitar akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Perkawinan antara roti dan sup kental pun juga elemen penting dalam sebuah chowder. Namun memasuki abad ke-20, belum ditemukan catatan mengenai sup yang diberikan puff pastry di atasnya, hingga pada tahun 1975, chef legendaris Perancis bernama Paul Bocuse menciptakan sebuah hidangan yang menjadi ikon: Soupe aux truffles V.G.E.

Sup ikonik kreasi Paul Bocuse. | Foto koleksi Restaurant Paul Bocuse.

Sup dengan isian foie gras, kaldu, dan irisan jamur truffle dan ditutup dengan puff pastry merupakan hidangan yang dibuat oleh chef Paul Bocuse saat Ia diminta memasak untuk Istana Elysee saat masa pemerintahan presiden Valery Giscard d’Estaing dalam acara penghargaan Chevalier of The Legion of Honor. Semenjak saat itu, menu sup ini tersaji di restorannya yang berada di Lyon dan menjadi hidangan ikonik yang menginspirasi banyak restoran lainnya. Pada tahun yang sama, kolom resep The New York Times memuat resep ini yang ditulis oleh penulis resep dan kritikus makanan ternama, Craig Claiborne.

Melalui wawancara via online dengan Feastin’ menurut Minerva Taran, pemilik dari perusahaan catering Kiki Catering yang telah hampir tiga dekade berdiri, zuppa soup baru populer pada tahun 2000-an. “Awalnya kalau tidak salah dimulai dari salah satu restoran di kota Bandung.” Terangnya. Kepopuleran sup ini pun diikuti oleh para perusahaan catering dengan memasukkannya ke dalam menu pernikahan. Selain perpaduan rasa, diakui oleh Minerva bahwa zuppa soup tergolong praktis. “Sup ini tidak ribet dinikmati di pesta-pesta yang formatnya adalah standing party.” Jelasnya. Bandung sendiri merupakan tempat yang tepat untuk bersantap makanan hangat ini. Salah satu yang paling populer adalah zuppa soup yang dimiliki oleh restroran The Valley Bistro yang lokasinya ada di wilayah Dago Pakar. Pada awal dekade 2010-an, sup ini juga sudah bisa ditemukan di beberapa restoran fast food seperti KFC hingga Pizza Hut.

Apapun kisah di balik kemunculan zuppa sup, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa makanan ini menjadi salah satu makanan yang punya identitas kuat sebagai bagian dari sebuah peristiwa, dan dalam hal ini zuppa sup identik sebagai cerminan dari sebuah acara pernikahan di kota besar di Indonesia.

Feastin' Crew

Tim penulis yang selalu lapar, entah itu akan informasi baru atau masakan lezat di penjuru kota.

Previous
Previous

Pop-Up CUCA di Grand Hyatt Jakarta

Next
Next

Musik Tidak Sebatas Pengiring Pengalaman Bersantap