A Lesson Learned from Tori-Yo: When Influencers Got it Right

Food critic Jessicha Valentina ada dalam dilema untuk mencoba Tori-Yo setelah melihat ulasan para influencer.

Kotak take away Tori-Yo.| Natasha Lucas

Kotak take away Tori-Yo.| Natasha Lucas

Ketika Tori-Yo pertama kali dibuka pada 2019, saya tidak serta-merta tertarik untuk mencobanya. Sebenarnya saya adalah penggemar yakitori, yang selalu menemukan kesenangan dalam mencicipi “sate” khas Jepang dengan bumbu yang minim sambil ditemani segelas minuman beralkohol. Namun, ulasan-ulasan para influencers membuat saya ragu untuk mencoba Tori-Yo, karena tidak ingin merasakan kecewa ketika mendapati hidangan yang kata mereka, “Gokil, enak banget!” ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi saya. 

Waktu itu saya berpikir, tentu mudah untuk Tori-Yo mendapatkan ulasan bombastis dari para influencer karena pemiliknya Gaius Ong sendiri merupakan pasangan dari social media influencer Titan Tyra. Keraguan saya menang, niat untuk mencoba Tori-Yo saya kubur dalam-dalam sampai saya terjebak di rumah karena pandemi. 

Setelah menghabiskan waktu cukup lama melihat-lihat restoran yang ditawarkan oleh layanan ojek online, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Tori-Yo yang telah membuka outlet di pusat perbelanjaan dekat tempat tinggal saya. 

Perlu saya garis bawahi kalau Tori-Yo bukanlah tempat bila kamu sedang mencari kushiyaki ala sebuah izakaya yang identik dengan aroma asap dan baluran bumbu yang sederhana. Tori-Yo sejak awal menargetkan konsumen pengunjung mall, yang notabene adalah masyarakat dari berbagai kalangan dan keluarga. Sementara kita tahu, konsep izakaya tidaklah ramah keluarga. Jadi saya paham sejak awal kalau tidak bijak punya ekspektasi untuk Tori-Yo dalam spektrum yang sama bila saya melahap aneka yakimono dan kushimono di sebuah izakaya saat petang.

Walaupun disajikan dengan bumbu yang berlimpah dan tanpa alkohol, saya menemukan menu Set B dari Tori-Yo ternyata cukup mengobati rasa rindu untuk datang ke sebuah izakaya

Dibanderol dengan harga Rp. 58.000, Set B terdiri dari Japanese rice dan tiga tusuk yakitori: Yaitu “bakso” ayam tsukune, chicken thigh dan chicken skin, serta sambal. Tori-Yo menawarkan dua pilihan saus untuk chicken thigh dan chicken skin: tare (manis) dan shio (asin). Tanpa ragu-ragu saya memilih tare untuk chicken thigh dan shio untuk chicken skin. Tidak lupa saya juga memesan cheesekune, menu andalan Tori-Yo. 

Ketika membuka kotaknya, saya bisa ngerasa air liur yang bergerak di mulut. Japanese rice sendiri hadir dengan porsi yang cukup banyak, disajikan dengan taburan rumput laut dan saus. Di atas nasi terdapat tsukune yang berkilauan dibalut dengan saus tare, chicken thigh dan chicken skin. Glaze yang menyelimuti tsukune dan chicken thigh membuat saya ingin segera melahap hidangan ini. Sedangkan aroma sambal yang menyeruak ke udara menggelitik hidung saya. 

Sementara itu cheesekune diletakan di tempat terpisah. Dari bungkus yang transparan, saya bisa melihat potongan gempal cheesekune yang dibalut lagi-lagi dengan saus tare. Saya memulai dengan mencicipi chicken thigh dan chicken skin. Keduanya hadir dengan tekstur yang benar, renyah pada bagian luar dan bagian dalam yang tetap empuk dan juicy. Perpaduan kontras tersebut membuat saya langsung ingin menghabiskannya dan sejenak ingin melupakan berapa kalori yang terdapat di kulit ayam tersebut. 

Satu set tsukune dari Tori-YO. | Natasha Lucas

Satu set tsukune dari Tori-YO. | Natasha Lucas

Kemudian saya lanjut coba tsukune yang terbuat dari daging dicincang kasar. Saus tare yang manis sangat tepat dengan tekstur daging serta mempertahankan kelembabannya. Puas dengan gigitan pertama, saya langsung mencelupkan tsukune ke sambal yang disediakan. Seketika, lidah saya dimanjakan oleh campuran rasa gurih, manis dan pedas yang perlahan namun pasti menggigit indera perasa saya. Saya tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum dan mengakui, “Astaga, ternyata lezat!” 

Puas dengan Set B, saya lanjut menjajal cheesekune. Sayangnya, perpaduan tsukune dan keju mozzarella ini tidak memuaskan. Masalahnya selalu sama saja: Lagi-lagi mendewakan keju. Rasa gurih dan manis dari tsukune gagal untuk berpadu dengan keju yang seperti pemeran figuran dalam sebuah film: Ada, namun cepat hilang tanpa kesan. 

Tapi rasa kecewa saya terhadap cheesekune bukanlah deal breaker. Entah mengapa saya tahu tidak lama lagi saya akan kembali memesan Tori-Yo (terima kasih buat tsukune dan kawan-kawannya).

Tori-Yo memang bukan sebuah restoran dengan embel-embel autentisitas. Mereka juga tidak pernah menjanjikan akan seperti Toritake yang berada di riweuh-nya stasiun Shibuya Tokyo atau nyamannya Kushiyaki  Umenadori di Senayan Jakarta. Tori-Yo adalah restoran yang punya makanan nyaman dan bisa dinikmati oleh tiap anggota keluarga tanpa terkecuali. Terkadang, itulah yang dibutuhkan dari sebuah tempat makan. 
Dear influencers, you got it right this time!

TORI-YO

Terdapat di beberapa pusat perbelanjaan:

  • Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta Utara

  • Mall Kelapa Gading 3, Jakarta Utara

  • Aeon Mall BSD, Tangerang

  • Surabaya Pakuwon Mall

Opening Hours: Mengikuti jam buka mall. 

Recommendation: Tsukune, chicken thigh tare dan chicken skin shio

Setiap proses dalam kolom Eating Out mengikuti kode etik yang telah ditetapkan.

Jessicha Valentina

Contributing food critic for Feastin’.

Previous
Previous

El Sid: Another Proof Sandwich Can Be Cool

Next
Next

Kota Ini Butuh Locavore NOW untuk Menutup Tahun