Bersantap Setelah Menjadi Ibu

“Apakah dengan membawa anak saya akan membuat tamu lain tidak nyaman?”

“Saya ingin mengajak anak saya untuk mengunjungi tempat yang saya sukai”

“Bagaimana jika anak saya menangis?”

“Apakah di sana saya bisa mengganti popok anak saya dan menyusui dengan nyaman?”

Kalimat-kalimat di atas menyuarakan apa yang ada di pikiran saya, terlebih sejak bayi saya berusia 3 bulan & saya lebih percaya diri untuk membawanya pergi keluar rumah, selain ke rumah sakit tentunya.

Saya lahir dan besar di Jakarta — sebuah kota yang memiliki stigma yang beragam bagi penghuninya. Ada yang jengah dan ingin untuk hengkang segera dari kota ini, ada pula yang jatuh cinta dengan ibu kota negara ini, dengan segala kekurangannya. Semakin saya dewasa, semakin saya menemukan banyak alasan untuk mencintai kota ini. Jakarta mungkin bukanlah kota yang ramah akan Ibu yang baru memiliki bayi. Jakarta tidak seperti Tokyo, dimana fasilitas untuk mengganti popok pun tak hanya berupa nursery room, bahkan tersedia pula di toilet pria, karena menjadi orang tua dan mengurus anak bukanlah tugas seorang Ibu saja, namun saya rasa, Jakarta masih memiliki waktu untuk berbenah menjadi tempat yang nyaman bagi kaum seperti saya.

Berikut merupakan beberapa hal yang saya pelajari, semenjak saya mulai membawa bayi saya untuk bepergian ke restoran.

1. Lakukan saja

Sebagai ibu baru, membawa bayi ke restoran memerlukan keberanian yang besar, terutama untuk mengesampingkan suara-suara di pikiran akan skenario-skenario yang mungkin akan terjadi. Namun, satu hal yang saya percaya: Just do it, it will get better.

Tanpa kamu membiasakan diri untuk membawa bayi pergi, kamu tidak akan tahu, apa saja yang dapat kamu pelajari untuk membuat kondisi bayi lebih nyaman. Semuanya sungguh saya pelajari, sembari jam terbang saya untuk membawa bayi saya pergi lebih tinggi.

2. Bertemanlah dengan spontanitas

Satu hal yang saya pelajari pula: Biasakanlah diri dengan spontanitas - bagi saya yang terbiasa untuk merencanakan perjalanan, hal ini awalnya sulit.

Saya harus pelan-pelan memahami kondisi bayi saya. Apakah ia sedang memiliki mood yang bagus? Bagaimana dengan jamnya menyusu dan tidur? Kapan saya harus mengganti popoknya saat ia merasa tidak nyaman?

Kali pertama saya membawa bayi saya bepergian adalah ke sebuah restoran seafood di bilangan Senayan, tempat yang memiliki ruang terbuka yang luas. Menatap anak saya melihat sekelilingnya dengan penuh rasa penasaran, membuat saya senang. “Ah, sungguh tak sabar untuk membawanya bermain di taman setelah bersantap” - tahu apa yang terjadi setelah itu? Anak saya tertidur pulas sampai kami pulang.

3. Carilah tempat yang ramah bayi

Jakarta mungkin masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menjadi kota yang lebih ramah akan ibu dan bayi. Lakukanlah riset sebelum bepergian ke suatu tempat. Mal merupakan opsi yang aman terutama mal yang besar, dimana mal pada umumnya memiliki fasilitas nursing room untuk menyusui atau mengganti popok.

Saya pribadi, lebih nyaman membawa bayi saya ke restoran yang luas, plus lagi apabila memiliki taman terbuka. Apabila bayi saya menangis, saya bisa menyingkir sebentar untuk menenangkan bayi saya. Suara alam, seperti gemericik air, suara angin, kicauan burung menurut penelitian dapat menenangkan bayi.

Memang sekarang, dengan membawa bayi, saya kerap kali menyantap makanan yang sedikit dingin, french fries kesukaan saya yang tidak sekrispi saat baru dihidangkan, iced latte dengan es yang mencair.. Ternyata mengonsumsi makanan panas & minuman dengan es yang masih utuh merupakan sesuatu yang patut disyukuri.

Mungkin pengalaman saya bersantap di restoran telah menjadi pengalaman yang berbeda dengan kehadiran bayi saya… Banyak hal yang harus saya pertimbangkan, tapi sungguh, mengajaknya melakukan aktivitas yang kami sukai, memberikan warna tersendiri untuk keluarga saya.

Momen dimana anak saya menikmati suasana restoran dengan taman yang luas, dikelilingi dengan pepohonan yang rindang, di kala mata kecilnya menatap kolam penuh ikan yang membuahkan senyuman di bibirnya, di saat ia duduk dengan nyaman di samping kolam renang restoran…

Tak hanya itu, di saat saya sebagai ibu, dapat dengan tenang menggunakan fasilitas yang disediakan untuk mengganti popok misalnya, atau menyusui bayi saya, hal-hal tersebut membuat saya merasa diperhatikan. Saya sungguh berharap pegiat kuliner di ibu kota, lebih memperhatikan ibu seperti kami, yang ingin bersantap sembari mematri memori.

Anak saya mungkin tidak ingat tempat-tempat dimana ia di bawa di masa kecilnya, akan tetapi, memori membawa anak ke beragam tempat di ibu kota akan selalu menjadi kenangan manis bagi keluarga kecil kami.

Previous
Previous

Antara Siomay dan Salmon

Next
Next

Ragam Kuliner Sekitar Rumah Potong Hewan