Lirikan Dunia Kepada Kuliner Indonesia
Pesona masakan Nusantara yang semakin hari semakin menggoda.
Tidak akan ada yang mengira sebuah tempe yang kerap menjadi kondimen dari nasi uduk dan gudeg mendapatkan perhatian khusus dari media makanan ternama yakni Bon Appetit. Media yang berasal dari negeri Paman Sam tersebut mencurahkannya menjadi artikel yang memperkaya wawasan pembaca mengenai asal usul, manfaat, hingga kelezatan tempe – ditambah bonus resep sambal goreng tempe. Jika tempe diulas oleh media dari Indonesia maka hal itu tentunya merupakan hal biasa. Namun dalam hal ini Bon Appetit mengulas tempe dengan megah layaknya sebuah caviar.
Sedikit demi sedikit kuliner khas Indonesia mulai unjuk gigi ke spektrum medium yang lebih mudah diakses oleh masyarakat di penjuru dunia. Jajanan pasar ala Mbah Satinem yang berasal dari D.I. Yogyakarta mendapatkan ruang untuk didokumentasikan melalui Netflix Street Food: Asia. Gordon Ramsey pun melakukan eskplorasi kuliner Indonesia di daerah Sumatera Barat melalui programnya Gordon Ramsey: Uncharted dengan rendang sebagai primadona. Hal ini dapat dibilang bak durian runtuh bagi Indonesia, di mana pada dua tahun belakangan medium yang berpengaruh ini fokus pada kuliner di Indonesia. Keunikan kuliner tersebut juga dibarengi dengan sinematik eksotisme lokasi, yang akhirnya saling bertautan dengan unsur traveling. Dr. Ulrike Gretzel dari Texas A & M University menyatakan bahwa mendapatkan informasi terkait travelling merupakan salah satu aktivitas yang kerap dilakukan oleh pengguna internet. Kecenderungan tersebut menjadi kabar baik bagi Indonesia karena kedua dokumenter tersebut mewartakan kuliner Indonesia dengan memadukan unsur keindahan lokasi serta keunikan budaya di Indonesia. Hal ini dapat merambah hingga keingintahuan akan berbagai macam kuliner lain di lokasi yang akan dituju.
Usaha untuk mempopulerkan kuliner Indonesia pun telah berlangsung melalui saluran-saluran diplomasi yang dimiliki Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) ataupun Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di setiap negara yang memiliki perwakilan. Bulan Mei 2021, KJRI Chicago bekerja sama dengan restoran Minahasa untuk menyelenggarakan Indonesian Gourmet Day yang merupakan acara promosi kuliner Indonesia. Konsulat Jenderal (Konjen) RI Chicago, Meri Binsar Simorangkir, menyatakan “Penyelenggaraan Indonesia Gourmet Day merupakan salah satu bentuk gastrodiplomacy”. Lima tahun lalu, KBRI Maroko pun menjalankan semangat yang sama dengan menyelenggarakan Festival Makanan Indonesia bersama Restoran Naga yang merupakan salah satu restoran Asia di Maroko. Di festival tersebut tersaji rendang, sate ayam, sate lilit, dan gado-gado.
Tidak hanya event internasional yang diselenggarakan oleh para diplomat. World Street Food Congress Tahun 2017 di Filipina menjadi saksi atas pernyataan Anthony Bourdain yang memuji bahwa berbagai jenis kuliner Indonesia memiliki pengaruh besar dalam kuliner negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Anthony Bourdain merupakan penulis kuliner dan pembawa acara kuliner kenamaan asal Amerika Serikat yang popularitasnya timbul melalui buku Kitchen Confidential dan program televisi Part’s Unknown.
Negara-negara di luar negeri kerap memiliki diaspora dari negara lain seperti India dan China, begitu juga dengan diaspora Indonesia. Peran diaspora tentunya memiliki andil dari meroketnya popularitas kuliner suatu negara. Prima Nurahmi Mulyasari, M.A. dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berpendapat dalam webinar International Forum on Spice Route 2020 sesi Spice Route: A Southeast Asian Perspective bahwa, “Diaspora Indonesia yang berada di luar negeri bisa memainkan peran penting sebagai agen diplomasi budaya di negara-negara yang mereka tempati tersebut. Ia pun menggambarkannya dengan menilik pada fenomena diaspora Indonesia di Belanda yang berjumlah 300.000 orang dalam kurun waktu 1945 hingga 1959. Diaspora Indonesia mulai mengimpor rempah dan bahan makanan dari Indonesia. Sambal, acar, dendeng, kerupuk udang akan dibawa keliling menggunakan mobil tua. Selain itu, terjadi peningkatan yang signifikan atas restoran Indonesia Di Amsterdam, jumlah restoran Tionghoa-Indonesia meningkat dari dua pada 1945 menjadi 44 restoran di 1960. Di periode yang sama, restoran Indonesia meningkat dari nol menjadi enam restoran.
Cita rasa khas kuliner Indonesia yang kaya akan rempah menjadi daya tarik besar bagi masyarakat dari luar negeri sebagaimana diutarakan oleh Stephanie Dambron, diaspora Indonesia pemilik Djawa Restaurant di Perancis. “Ada banyak kelebihan pada masakan Indonesia. Makanan Indonesia sangat beragam, kaya akan rempah-rempah dan sangat eksotis karena sebagian besar masih belum dikenal dan sangat baru untuk orang Perancis”.
Tidak ketinggalan dari segi media cetak, kuliner Indonesia di tahun 2020 mendapatkan sebuah perhatian khusus. Lara Lee memberikan porsi lebih dari cukup dengan menghadirkan kuliner Indonesia sebagai fokus utama pada bukunya yang bertajuk Coconut & Sambal. Buku tersebut berisi seputar resep-resep kuliner Indonesia seperti gado-gado, tempe, dan kelezatan lainnya. Buku yang didasari dari rasa cinta Lara Lee, seorang chef asal Australia yang memiliki keturunan Indonesia ini berhasil menyita perhatian media-media ternama seperti NPR serta The New York Times untuk mengulas karya sastra bertajuk masakan Indonesia. Hal ini merupakan pertanda positif bahwa semakin ke sini kuliner Indonesia tidak dapat dianggap remeh.
Indonesia memiliki daftar makanan khas yang sangat banyak dan oleh karenanya tentu membutuhkan waktu untuk dikenal oleh khalayak luas tidak hanya di dalam negeri melainkan juga di luar negeri. Proses ini memang membutuhkan waktu tersendiri, namun momentum itu pasti akan hadir jika segala medium seperti buku, film, series, blog, dan berbagai cara yang memungkinkan digunakan secara optimal. Setelah tempe atau di luar negeri disebut tempeh mendapatkan perhatian luas di manca negara mungkin nanti akan tiba waktunya bagi oncom untuk diterima di hati masyarakat dunia.