Eating Out: What We Miss The Most

Apa yang paling dirindukan dari makan di luar versi mereka, dari sutradara sampai penulis makanan.

Rupanya tanpa disadari ada hal-hal yang dikangenin dari makan di luar, sebuah kegiatan yang sama sekali minim saat pandemi. | Unsplash

Rupanya tanpa disadari ada hal-hal yang dikangenin dari makan di luar, sebuah kegiatan yang sama sekali minim saat pandemi. | Unsplash

Tidak terhitung seberapa besar kerinduan kita terhadap kehidupan sebelum pandemi Covid-19. Memikirkannya menumbuhkan rasa syukur atas yang kita punya, baik yang menyenangkan maupun yang meninggalkan kesan tak baik dalam benak. Kemauan untuk terus berjalan menuju akhir tahun bersama waktu jadi makin berat. Namun berjalan terus adalah suatu keharusan karena waktu tak bisa diputar, enggak juga bisa dipercepat.

Kenangan adalah salah satu pegangan yang paling kita andalkan di sepanjang perjalanan kali ini. Membuat berharap akan hal-hal baik yang menanti. Berharap untuk segera bertemu mereka yang dirindukan setelah sekian lama terjebak dalam situasi pandemi. Berharap agar kembali melontarkan canda ngalor ngidul bersama kawan, tanpa dibumbui kekhawatiran. Berharap bisa melancong ke Bandung dan mencicipi odading Mang Oleh. Tetapi yang paling kami harapkan adalah dapat kembali mendengar kawan berkata “Maaf yah gue telat, tadi di jalan macet banget!” saat janjian makan di luar.

Kegiatan makan di luar walau sudah boleh tetap saja berbeda. Sebagian masih merasa perlu untuk menjaga diri dari sakit hingga belum mau melakukannya. Sebagian lagi terjegal aturan tak boleh berkumpul lebih dari jumlah yang telah ditentukan. Hal ini tentu saja kembali mengingatkan kita pada apa yang saat ini sedang terjadi. Padahal kegiatan makan di luar menurut kami adalah simbol normal. Fokusnya tak hanya pada apa yang kita makan tapi juga pada hal-hal seperti melihat menu, pelayan datang menanyakan pesanan, meminta isi ulang ocha, mengernyit saat satu hidangan tak memuaskan lidah dan remeh temeh lain. Untunglah kami tidak sendiri. Setelah berbincang dengan para pegiat F&B dan beberapa rekan personality secara daring, kami sepakat bahwa kerinduan pada eating out sebegitu membuncahnya. Mereka pun berbagi kepada Top Tables tentang apa yang paling mereka rindukan dari makan-makan di luar.

Ade Putri, Food Storyteller, food expert Indonesia di Gordon Ramsay: Uncharted

“Rindu baca menu as I always enjoy reading menu. Saya juga merindukan makan di piring yang disediakan oleh restoran karena cutlier sempat tergantikan oleh piring dan sendok kertas karena pandemi.”

Julius Kensan, editor in chief, Manual Jakarta

“Yang paling saya rindukan selama pandemi adalah duduk nyaman di tempat biasa di coffee shop favorit saya, membaca berita dan sesekali menatap sekumpulan pengunjung yang beragam. Karena selain makanan, yang membuat saya tertarik pada suatu tempat adalah pengunjung. Dan aktivitas ini paling baik dilakukan saat makan sendirian, di mana sebenarnya masih dianggap sebagai hal yang aneh di Jakarta. But, oh well.”

Rumman Amanda, Director of PR and Communications, Four Seasons Hotel Jakarta

“Aku kangen banget makan diluar karena jujur ambience-nya, ngeliat chef mempersiapkan makanannya (open kitchen restaurants) terus terima makanan yg di plating dengan cantik. Di masa sekarang hampir semua restoran menyediakan layanan home delivery, baik dari kedai makan sampai high end restaurants, tapi atmosfernya berbeda.”

Archie Prameswara, Konsultan F&B

“Yang saya kangen adalah melihat secara langsung orang-orang tertawa dan tersenyum puas menikmati makanannya. Ada energi yang tidak bisa dijelaskan dari hanya melihat itu.”

Gianti Probosutedjo, Founder Made by Gianti

“Yang aku paling rindukan dari kegiatan makan di luar adalah berkumpul bersama kawan-kawan terutama di kedai kopi. Biasanya, kita suka ngumpul di toko kopi langganan dan ngobrol atau bikin tugas di sana dari siang sampai malam. Pegawainya pun sampai inget pesanan kita masing masing. Nongkrong di coffee shop sama teman adalah kebiasaan yang aku dan teman-teman bikin sejak kita semua berpencar ke negara berbeda-beda untuk kuliah. Karena hal tersebut membuat kita merasa lebih dekat dengan satu sama lain saat di Jakarta.”

Candi Soeleman, Fotografer & Sutradara

“Suasana restoran dengan crowd yang isi nya orang-orang dengan obrolan serius adalah favorit saya. Tidak terlalu ramai tapi juga tak terlalu sepi. Saya tidak suka tempat nongkrong dengan crowd yang bising. Misalnya banyak orang dengan suara tawa yang terbahak-bahak atau ngobrol yang terlalu keras. That’s why ambiance suatu resto dan juga makanan segar buatan sang chef adalah yang paling saya rindukan dari kegiatan makan di luar. Apalagi jika ada resto dengan interior yang ‘serius’ dan membangun mood kita jadi lebih pintar.”

Tariq "Sip Sensei" Widarso, Liquor Enthusiast & Home Mixologist

“I think the thing that I miss most about eating out is eating with people and socializing. Fortunately we can order food from our favorite restaurants, but it is the act of sharing a table and a meal with friends and family at the restaurants which is what I value most. Also the fact that we can't go out for a drink at the bar with our friends to catch up without worrying of getting sick, makes me miss the world pre-pandemic.”

Apakah kami boleh berbagi rahasia? Psst, kami akan menunggu dengan sabar hari di mana kita bisa kembali bertemu di tempat makan dengan pakaian terbaik, riasan tercakep dan pesan singkat di ponsel dari kawan berbunyi “Maafin gue terlambat! Udah otw, kok!” Walau pada kenyataannya di seberang sana Ia baru selesai mandi.

Allysa Rismaya

Allysa Rismaya adalah culture food writer merangkap tukang kebun yang terobsesi untuk menjajal aneka sambal.

Previous
Previous

Delicious Design with Michael Killian

Next
Next

Yes, Makanan Memang Obsesi Kami