The St. Regis Bali, Konsistensi Sebagai Destinasi Gastronomi

Lebih dari 15 tahun sudah The St. Regis Bali berdiri. Namun usianya yang semakin matang menunjukkan konsistensi tinggi dalam komitmen memberi pengalaman makan-makan terbaik.

Restoran Kayuputi yang berada dalam kompleks The St. Regis Bali merupakan flagship fine dining properti. | Foto oleh The St. Regis Bali

Saya menemukan diri saya berjalan di antara barisan pohon kelapa menjulang tinggi. Di sisi kiri saya, dinding bebatuan hitam beralaskan pasir hitam pula tegak lurus membentang. Di sisi Selatan dinding, lautan luas sudah memanggil dengan hamparan pasirnya yang putih. Dan di sisi Utara, bangunan utama The St. Regis Bali berdiri megah. Saya berjalan menuju bangunan itu, dikelilingi oleh vila-vila yang dirancang bak berada dalam sebuah desa tradisional.

The St. Regis Bali telah berdiri sejak 2008, lebih dari lima belas tahun keberadaannya di Pulau Dewata. Saya ingat gegap gempita saat resort asal kota New York ini pertama kali dibuka – sebuah statement of luxury bagi gelombang baru resort super mewah yang mendatangi Bali. The St Regis sendiri sebagai sebuah brand memiliki sejarah panjang. Diluncurkan pada 4 September 1904, hotel di jantung Manhattan New York ini merupakan mahakarya Keluarga Astor, para pionir gaya hidup kelas atas dalam sebuah masa yang dikenal sebagai era The Gilded Age. Selama 120 tahun, merek The St Regis berkembang sebagai nama yang identik dengan the finest experience, tak hanya dari segi hospitality tapi juga merambah ke gastronomi. Perihal gastronomi inilah yang jadi salah satu kekuatan utama serta daya tarik para travellers saat mengunjungi properti yang terletak di kawasan Nusa Dua ini.

Dimulai dengan sang ikon dari tiap properti The St.Regis, yaitu The St.Regis Bar, tempat di mana salah satu minuman paling ternama – The Bloody Mary – diciptakan. The St.Regis Bar Bali punya pesona yang khas. Bar memiliki dua area, indoor dan outdoor, di mana area balkon luar adalah lokasi sempurna menyisip segelas cocktail signature sembari menghirup angin tropis yang sejuk menuju malam. Sementara area indoor merupakan pesona tersendiri. Bar dikelilingi dengan mural bertema barong Bali, dengan kisah-kisah tradisi yang dapat diceritakan sepanjang malam Anda bersenda gurau di sini. Ada satu ritual yang menarik mata saya ketika sedang duduk menyisip segelas sparkling cocktail dengan crème de cassis, yaitu Champagne Sabrage. Champagne Sabrage merupakan ritual khas The St.Regis yang asal muasalnya dapat ditarik mundur sejak masa Napoleon Bonaparte. Kegiatan ini meliputi pembukaan botol champagne dengan menggunakan bilah pedang, penanda bahwa tamu telah memasuki waktu malam, waktunya bersantai dan bersenang-senang.

Saat matahari mulai terbenam dan langit Bali menyambut lembayung senja, saya beranjak menuju makan malam. Destinasi makan malam berada tak jauh dari area bar, turun menyusuri jalanan resort yang telah diterangi puluhan obor saat malam. Namanya Dulang, sebuah pondok kayu yang berdiri di tanah berbatu. Dulang hanya memiliki kapasitas untuk sekitar 20-an orang saja, sebuah pengalaman gastronomi yang terbilang intim. Di Dulang, kuliner Bali mendapat panggung utama dalam bentuk tata hidang rijstaffel. Hidangan mulai dari seafood hingga daging berempah disajikan dalam wadah-wadah tradisional dengan ukiran khas Bali. Belum lagi ketika makan tarian tradisional mengiringi, mendorong nuansa otentisitas yang kental.

Namun, bila bicara tentang pengalaman gastronomi di The St. Regis Bali, ada satu nama yang telah melegenda. Restoran ini telah jadi sebuah institusi gastronomi, destinasi gourmet, bagi siapapun yang datang ke Bali. Di restoran ini, bahan baku lokal terbaik bertemu dengan bahan dari berbagai belahan dunia, diracik dengan piawai sehingga menghasilkan hidangan-hidangan fine dining kontemporer yang timeless. Kayuputi namanya. Restoran flagship The St. Regis Bali dengan reputasi global, Kayuputi berdiri tahun 2009 di bawah komando chef de cuisine, Agung Gede, dan culinary director, Agung Ardiawan. Restoran ini hadir di masa saat cita rasa Indonesia di lanskap fine dining masih dianggap asing. Kayuputi berhasil memantapkan posisinya sebagai restoran yang mengedepankan familiaritas rasa lokal dengan eksekusi global, menyabet penghargaan bergengsi Wine Spectator Awards of Excellence selama bertahun-tahun untuk koleksi wine yang memukau. Ketika malam, pesona Kayuputi semakin hidup dengan ambians resort elegan yang menawan, service excellence, serta eksekusi tiap hidangan dalam menu degustation.

Menurut chef Agung Ardiawan, salah satu sumber reputasi kuliner The St. Regis Bali ada pada company culture yang diterapkan, di mana masak menggunakan hati adalah prinsip dasar untuk menghasilkan hidangan lezat. Juga selain itu, komitmen atas excellence setiap harinya juga yang mendorong seluruh staff selalu tampil dengan performa terbaik. Sebagai tamu, saya sungguh merasakan kesungguhan dari komitmen tersebut yang telah diterjemahkan jadi santapan yang memorable, bahkan di momen paling sederhana dalam kegiatan makan-makan, yaitu sarapan, The St. Regis Bali tetap berpegang teguh pada prinsip kualitas. Sehingga yang mestinya momen sarapan adalah momen santapan sederhana, bertransformasi menjadi gourmet experience saat tamu memulai hari. Di restoran Boneka lah transformasi itu terjadi. Saya punya prinsip, apabila sarapan yang sungguh sederhana bisa memukau, hal tersebut mencerminkan keseluruhan institusi. Di Boneka, tim dapur tak hanya bisa membuat untuk tamu omellete yang sempurna, tapi pilihan seperti Lobster Omellete juga ada, di mana telur yang fluffy disajikan dengan kuah bisque dari lobster yang rich. Ada juga steak and egg bagi pencinta protein hewani buat memulai hari. Tak hanya menu ala carte yang menawan, pilihan buffett juga tersedia bagi penyuka charcuterie, sushi, Asia klasik, dan ragam makanan manis. Seakan belum lengkap, terkadang staff akan menawarkan ke meja Anda kreasi menu spesial dari chef di pagi itu. Tidak ada ruang kosong yang disisakan, tak ada kesempatan untuk kita berkata cukup. Hidangan demi hidangan tak berhenti di The St. Regis Bali. Bila belum cukup juga dan ingin makan siang yang lebih ringan, Gourmand Deli yang berada persis di bawah The St. Regis Bar adalah jawabannya. Di sini, tamu dapat melahap dari pasta hingga ragam sandwich, juga kali ini promosi Loka Rasa yang mengedepankan cita rasa Indonesia. Saya akhirnya mengerti mengapa setelah 15 tahun, The St. Regis Bali tetap mempunyai kapasitas serta pesona sebagai destinasi gastronomi di Selatan Bali. Komitmen akan menyajikan yang terbaik seperti mantra setiap pagi yang mereka amini.

Ragam brunch dan hidangan sarapan di Boneka Restaurant. | Foto oleh The St. Regis Bali.

Previous
Previous

Di Agora, Brightspot Market Kembali ke Pusat Jakarta

Next
Next

Gus Rai dan Kewibawaan Indonesia dalam Merek Hatten Wines