Tiga Generasi Di Balik Satu Botol Sirup DHT Makassar
Feastin’ berkesempatan untuk berbincang dengan Devina Wijaya tentang pengalaman beserta tantangan mengembangkan bisnis keluarganya, Sirup DHT Makassar yang kini telah berusia 75 tahun.
Suatu produk yang terkesan simpel, menyimpan sejuta cerita dibaliknya. Tidak terkecuali, Sirup DHT Makassar yang telah melenggang melewati tiga generasi dan masih eksis hingga saat ini. Memfokuskan pada produk sirup pisang ambon, Sirup DHT Makassar sudah tak asing dan menjadi oleh-oleh yang direkomendasikan apabila ada yang bertandang ke ibu kota dari Sulawesi Selatan ini.
Dimulai Sejak Tahun 1947
Cerita sirup pisang ambon ikonik asal Makassar ini, dimulai sejak tahun 1947. Pada awalnya, kakek dari Devina Wijaya, generasi ketiga yang mulai memegang kendali bisnis, justru membuat sirup markisa terlebih dahulu. Kesulitan untuk menemukan kualitas markisa yang prima dengan jumlah yang mumpuni, keluarga Devina akhirnya beralih ke pisang ambon hingga Sirup DHT Makassar berdiri di 1949.
“Dulu, sebelum punya pabrik seperti sekarang, untuk produksi masih pindah-pindah tempat. Awalnya masih berupa kontrakan karena belum banyak modal, di awal bisnis, sempat juga keluarga kami ditipu” kenang Devina, berbagi ke Feastin’
Sistem pengantaran Sirup DHT Makassar, uniknya pada generasi awal, masih menggunakan becak dan menggunakan peti sebagai kemasan untuk menaruh sirup-sirup. Di kala itu, jangkauan Sirup DHT Makassar memang masih fokus di kota Makassar saja. Customer yang membeli pun mengetahui Sirup DHT Makassar dari mulut ke mulut.
Suasana pabrik tak asing bagi Devina yang sejak kecil telah tumbuh di ruko yang disulap menjadi pabrik saat ia kecil bersama keluarganya. Kesegaran Sirup DHT Makassar yang kerap dibuatkan dingin-dingin saat ia pulang sekolah, menjadi pelepas dahaga sejak ia kecil. Sirup DHT Makassar pun tak pernah absen di berbagai penganan yang sering disantap Devina dan keluarga, seperti es pisang hijau, es kelapa muda, serta palu butung.
“Salah satu kenangan yang aku inget banget adalah pas masih 5 atau 6 tahun, aku sering dikejar lebah, soalnya lebah kan tertarik sama yang manis ya, nah, sirup kami tuh pakai gula murni” kenangnya sambil tersenyum.
Kenangan Manis yang Mendorong Devina sebagai Generasi Ketiga Meneruskan Bisnis Keluarga
Tumbuh dan besar di lingkungan pabrik dengan banyak memori manis yang melekat, mendorong Devina untuk meneruskan bisnis keluarga, tanpa ada keinginan untuk mencoba profesi atau bisnis lain. “Abis kuliah, udah gak mau coba yang lain. Aku sama saudara-saudaraku memang sudah ingin melanjutkan usaha ini dan kami berniat melanjutkan sesuai dengan bidang studi kita masing-masing” tambahnya.
Devina memiliki 4 saudara, 2 laki-laki dan 2 perempuan, semua tinggal di Makassar. Latar belakang studi Devina di bidang akuntansi mendorongnya untuk terjun mentransformasi pencatatan keuangan di perusahaan yang sebelumnya masih menggunakan metode tradisional. Selain itu, minatnya yang tinggi dalam bidang operasional membuatnya terus mencari celah apa yang bisa dikembangkan dari perusahaan. “Pelan-pelan, kami berkomitmen untuk mengembangkan dan memikirkan inovasi apa yang mau diterapkan di sini. Mengubah bisnis yang masih di-handle secara tradisional, jadi lebih modern secara penanganannya. Mulai dari pencatatan yang tadinya masih pakai nota, sampai ekspansi ke luar Sulawesi” jelas Devina. Sirup DHT Makassar pun kini di tahun 2024 telah melebarkan sayap ke luar Sulawesi dengan membuka distribution center di Jakarta.
Tantangan dalam Mentransformasi Bisnis yang telah Dijalankan Secara Turun Temurun
Melakukan perubahan di bisnis yang telah dijalankan selama 75 tahun tentunya bukanlah hal yang mudah. Perubahan yang dilakukan pun kerap menimbulkan tantangan baru. Beberapa tantangan yang Devina bagikan misalnya, di bidang sumber daya manusia. Banyak karyawan yang sudah lama bekerja dengan keluarga Devina dan perlu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang diterapkan oleh Devina dan saudara-saudaranya sebagai generasi ketiga. “Kalau kakek, nenek beserta orang tuaku kan mereka lebih kekeluargaan sama karyawan sedangkan kalau kita cenderung lebih taktis karena zaman menuntut perubahan secara cepat”
Devina juga bercerita bagaimana ia dan saudara-saudaranya sering berdebat dengan orang tuanya untuk menjustifikasi ide yang dianggap asing oleh orang tuanya. Contohnya, mengapa harus investasi di branding dengan mengubah label, lalu bagaimana orang tuanya sudah puas dengan pasar Sulawesi sedangkan sebagai generasi ketiga, Devina meyakinkan orang tuanya untuk melakukan ekspansi.
Dalam hal marketing, Sirup DHT Makassar pun mulai beradaptasi dengan perkembangan digital yang amat pesat dengan menggarap digital marketing serta social media secara serius. Kolaborasi pun menjadi hal yang dititikberatkan, mulai dari kolaborasi yang dilakukan di Makassar, misal dengan coffee shop untuk membuat minuman dengan Sirup DHT Makassar sampai strategi bagaimana untuk memperluas market di pasar Jakarta khususnya. “Kami sangat menitik beratkan kolaborasi dan open sama kolaborasi dengan berbagai pihak F&B, baik restoran, coffee shop, atau bar” ujar Teguh, selaku representatif Sirup DHT yang banyak memegang kendali di bidang marketing.
Devina juga menekankan bagaimana ia memiliki keinginan untuk Sirup DHT Makassar, tak sekadar dilihat sebagai sirup asal Sulawesi yang hanya digunakan untuk makanan Makassar. Ia ingin Sirup DHT Makassar lebih dikenal sebagai sirup nusantara dengan berbagai penggunaan, sekreatif mungkin. Ke depannya, ia ingin lebih banyak menjalin kerja sama dengan KOL yang dirasa tepat serta mencoba untuk menyematkan penggunaan Sirup DHT Makassar, misal di workshop.
“Untuk short term, kami ingin dapat dikenal di Jawa dan seluruh Indonesia. Long term-nya, kami ingin dapat mengekspor produk kami,” tutup Devina.